Langsung ke konten utama

Postingan

Cegah Penularan Demam Berdarah Sejak Dini

NB: Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Empati edisi Agustus 2015 Cegah Penularan Demam Berdarah Sejak Dini Pergantian dan kondisi musim yang tidak menentu dapat memicu kehadiran berbagai jenis penyakit. Salah satunya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Ditularkan memalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina yang telah terinfeksi virus dangue. Tahun 2015 ini bertepatan siklus lima tahunan DBD, Siklus lima tahunan sudah terjadi sejak mulai ditemukannya serangan demam berdarah di Indonesia pada tahun 1968. Hinggas saat ini belum ditemukan apa sebenarnya yang menjadi penyebab siklus lima tahunan ini terjadi. Selain itu, beberapa kabupaten/kota di Indonesia menyatakan ada KLB (Kejadian Luar Biasa) demam berdarah. Berdasarkan data yang ada, kasus demam berdarah naik setiap lima tahun sekali. Pertama kali ditemukan di kota Surabaya, sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (angka kematian 41,3%). Sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas

Lentera Negeri Bersama Berbagi untuk Anak Negeri

NB: Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Empati Edisi Agustus 2015 Lentera Negeri Bersama Berbagi untuk Anak Negeri Lentera Negeri Foudation mengajak agar peduli terhadap masyarakat kecil yang ada disekitarnya. Bersama berbagi untuk anak negeri slogan dari Lentera Negeri dalam mengawal anak-anak Indonesia agar tidak putus sekolah, memiliki karakter dan mempunyai masa depan cerah. Salah satu peggagas Lentera negeri adalah Muhammad Syahid Arsyad dan sekarang menjabat sebagai ketua. Berawal dari melanjutkan pendidikan Doktor di Universitas Indonesia, Syahid merenung melihat begitu banyak anak jalanan di Jakarta. Ketika itu kemudian muncul ide untuk membentuk suatu komunitas sosial. Setelah kembali di Makassar kemudian mengadakan pertemuan bersama Firman, Muh. Idul, Jumadi Mappangoro beserta Arnis Puspita. Hingga terbentuklah komunitas Lentera Negeri dari diskusi menjelang idul fitri 1413 H. Sasaran utama yaitu Tempat

Perkembangan dan pertumbuhan ayam

Perkembangan dan pertumbuhan ayam dapat dipantau dengan cara melakukan penimbangan bobot badan ayam setiap minggu, sehingga akan diketahui rataan pertambahan bobot badan hariannya (avarage daily gain). Secara praktis perkembangan bobot badan setiap minggunya sebagai berikut : Minggu pertama = 4 kali dari bobot DOC Minggu kedua = 11 kali dari bobot DOC Minggu ketiga = 22 kali dari bobot DOC Minggu keempat = 33 kali dari bobot DOC Hari ke-33 = 44 kali dari bobot DOC Contoh Bobot rataan DOC adalah 40 gram, maka perkiraan target bobot badan ayam per mingguanya sebagai berikt : Minggu pertama = 4 x 40 gram = 160 gram Minggu kedua = 11 x 40 gram = 440 gram Minggu ketiga = 22 x 40 gram = 880 gram Minggu keempat = 33 x 40 gram = 1.320 gram Hari ke-33 = 44 x 40 gram = 1.760 gram (Sumber Beternak Ayam Broiler hal 26, oleh Ir. Roni Fadilah, SE )

Pakan Ayam Ras Petelur

Pakan tambahan (feed additive) adalah suatu bahan yang dicampurkan dalam pakan yang dapat mempengaruhi kesehatan, produktivitas, maupun keadaan gizi ternak, meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi kebutuhan nutrien. Pemberian pakan tambahan berupa antibiotik dapat menimbulkan efek residu pada hasil peternakan, sehingga bahan additive yang digunakan lebih banyak diarahkan padabahan-bahan alami yang tidak membahayakan kesehatan ternak. Salah satu alternative bahan additive alami yang dapat digunakan dalam ransum dengan penambahan tepung kunyit dan temulawak. Penambahan kunyit dalam pakan broiler dapat meningkatkan kerja organ pencernaan, merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase dan protease. Kandungan zat aktif yang dimiliki kunyit adalah kurkumin dan minyak atsiri yang berfungsi sebagai kalagoga (dapat meningkatkan sekresi cairan empedu). Selain minyak atsiri menurut Ismanto, dkk. (2010) kandungan lain yang terdapat di dalam kunyit adalah kurkumi

Respon Saluran Pencernaan Terhadap Pemberian Kunyit dan Temulawak

Kerja kolekinetik dilakukan oleh fraksi kurkuminoid, sedangkan kerja koleretik dilakukan oleh komponen minyak Atsiri. Dengan meningkatnya pengeluaran cairan empedu maka partikel padat dalam kandung empedu berkurang. Keadaan ini akan mengurangi kolik empedu, perut kembung akibat gangguan metabolisme lemak, dan menurunkan kadar kolesterol darah yang tinggi. Sebagi obat tradisional, temulawak paling umum dipakai untuk gangguan hati dan penyakit kuning, baik berupa air perasan maupun rebusan. Disamping itu juga sebagai ramuan jamu untuk obat demam (malaria), pegal-pegal, sembelit, tonikum, laktagoga, penyakit katup pembuluh darah, dan usus dua belas jari (Wahid 1985). Menurut Liang et al. (1985), temulawak dapat merangsang produksi empedu oleh sel hati dan mensekresikan ke dalam kandung empedu dan usus halus, serta merangsang sekresi pankreas. Dengan adanya rangsangan produksi empedu, temulawak bermanfaat untuk penyakit saluran pencernaan, yaitu kelainan di hati, kandung empedu, pankrea

Sistem Pencernaan Pada Ayam Ras Petelur

Organ pencernaan yang meliputi hati, pankreas dan empedu mempunyai hubungan dengan saluran pencernaan dengan adanya suatu duktus yang berfungsi sebagai saluran untuk mengekskresikan material dari organ acetori ke saluran pencernaan yang berguna untuk kelancaran proses pencernaan. Menutut Ardingsasi (2008) dinyatakan bobot organ dalam yang meliputi hati, pankreas dan empedu dipengaruhi oleh jumlah penyerapan nutrien makanan dan kandungan serat kasar.Oleh karena itu, untuk meningkatkan penyerapan nutrien perlu adanya penambahan feed additive. Sistem pencernaan merupakan sistem yang terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ pelengkap yang berperan dalam proses perombakan bahan makanan, baik secara fisik, maupun kimia menjadi zat-zat makanan yang siap diserap oleh dinding saluran pencernaan. Unggas khususnya ayam ras petelur mempunyai saluran pencernaan yang sederhana, karena unggas merupakan hewan monogastrik (berlambung tunggal). Saluran-saluran pencernaan pada ayam ras petelur t

Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)

Curcuma berasal dari kata Arab Kurkum berarti kuning. Xanthorrhiza berasal dari kata yunani xanthos berarti kuning dan rhiza berarti umbi akar, dalam bahasa Indonesia disebut temulawak, yang berarti akar kuning (Liang et al. 1985). Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) termasuk ke dalam famili 6 Zingiberaceae (suku jahe-jahean) dan merupakan tanaman yang tumbuh merumpun. Tanaman ini tumbuh liar di hutan-hutan di bawah naungan pohon jati pada beberapa pulau di Indonesia, antara lain Jawa, Maluku, dan Kalimantan (Herman 1985). Menurut Rukmana (1995), klasifikasi temulawak secara lengkap adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Superdivisio : Spermatophyta (menhasilkan biji) Divisio : Magnoliophyta (berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu/monokotil) Sub-kelas : Commelinidae Ordo : Zingiberales Familia : Zingiberaceae (suku jahe-jahean) Genus : Curma Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb. Herman (1985) melaporkan bahwa tanaman