Langsung ke konten utama

Praktek Lapangan Ilmu dan Teknologi Peternakan Pascasarjana Unhas di Bantaeng

Bioteknologi dan Manajemen Reproduksi, salah satu matakuliah yang diprogramkan pada semester dua, program Pascasajana Ilmu dan Teknologi Peternakan Universitas Hasanuddin. Bukan hanya teori yang didapat dibangku kuliah, tetapi ada jula praktek di lapangan. Kesepakatan praktek di lapangan tersebut dilaksanakan di Bantaeng. 


Bersama 7 (tujuh) orang mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut yakni Andi Utami Amalia Nirwana, Muhammad Azhar, Amina, Lili Suryani, Andi Maya, Arsan Jamili dan saya sendiri (Hardianti). Selama  di lapangan Kami dibimbing langsung oleh Bapak Dr. Muhammad Yusuf, S.Pt, Ph.D. 



Ada puluhan sapi yang dikumpulkan oleh para peternak di desa tersebut. Kelurahan Bonto Manai Kec. Bissappu Kabupaten Bantaeng tesebut memiliki kelompok tani yang diberi nama Kelompok Tani Anugerah.  Selain pak Yusuf, ada juga inseminator terkenal di Bantaeng yaitu Dzulyadaeni. Kami memanggilnya kak Zul, dia juga mendampingi kami dalam proses praktek di Bissappu.  

Adapun kegiatan yang dilakukan disana yaitu pemeriksaan palpasi, injeksi, serta penerapan bioteknologi lainnya dan kaitannya nutrisi terjadap pakan yang diberikan pada sapi. Kelompok tani tersebut memiliki  tempat pengembalaan dan terdapat dua kandang kecil yang digunakan untuk memasukkan sapi-sapi tersebut dalam penerapan bioteknologi yang dilakukan misalnya dalam melakukan injeksi dan palpasi.


Sekitar 30 sapi yang dikumpulkan dari pemilik yang berbeda-beda. Pada kelompok tani tersebut sudah melakukan pencatatan yang bagus dalam pemeliharaan ternaknya. Ada 13 ekor sapi dilakukan pemerikasaan palapasi. 

Terlebih dahulu kami diberi arahan oleh Pak Yusuf tentang bagaimana cara mengukur Body Condition Score (BCS) pada ternak Sapi. dapat dilihat di youtube  https://www.youtube.com/watch?v=NqL5Ix03XVs.  Selanjutnya melakukan praktek dengan mendiagnosis kebuntingan pada sapi dengan teknik palpasi parektal.

Palpasi parektal didasarkan pada kondisi uterus, ovarium dan buluh-buluh darah uterus (arteri uterine mediana). Sebelum diagnosis kebuntingan lebih dahulu diketahui tanggal melahirkan terakhir, tangal dan jumlah inseminasi serta informasi terhadap setiap kondisi patologik dan penyakit yang pernah dialami atau terjadi pada saluran alat kelamin ternak sapi.

Sapi yang akan diperiksa kebuntingannya dimasukkan ke dalam kandang jepit, tangan memakai glove. Tangan memakai glove yang diberi sabun yang tidak mengiritasi mukosa rektum saat tangan melakukan palpasi rektal. Jari tangan dikuncupkan sewaktu hendak dimasukkan ke dalam rektum. Selanjutnya tangan didiamkan bila ada kontraksi rektum, dan dimasukkan kembali saat kontraksi terhenti. 

Belajar melakukan palpasi dapat pula dilihat di 





Adapaun data yang diperoleh sebagai berikut:


No
Kode Ternak
BCS
Keterangan
1
0043
4
Ada Folikel ovarium dan estrogen
2
0063
5
Ada piometra dalam uterus dan terdapat estrogen
3
0035
4
Terdapat folikel tapi ukuran kecil, terdapat estrogen
4
0057
5
Terdapat folikel
5
0004
6
Terdapat folikel tapi ukuran kecil
6
0070
4
CL --) Pasca IB
7
0007
4
Cervix besar, ovarium kecil, tidak teramati estrus
8
0041
4
Silent heat, terdapat ovarium, folikuler
9
0092
4
Ada 2 ovarium dan banyak folikel dan terdapat estrogen
10
0055
4
Ada 2 ovarium yang kecil dan terdapat folikel dan estrogen
11
0068
3
Dibagian kanan sedikit folikel dan dibagian kiri banyak folikel
12
095
4



Sumber: Praktek lapangan Program Pascasarjana Unhas, Ilmu dan Teknologi Peternakan. Matakuliah Bioteknologi dan Manajemen Reproduksi.









































Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hubungan antara Variabel X dan Y dalam Meneliti

Berdasarkan fungsinya variabel dibagi atas tiga fungsi yakni variabel sebab dibedakan atas veriabel penghubung dan variable akibat. Hubungan antara variable X dan Y ada hubungannya melalui variabel penghubung. Semua yang dilakukan dalam perlakuan merupakan variabel bebas. Apakah faktor mempengaruhi variabel Y untuk beberapa variabel bebas dan bagaimana pengaruhnya terhadap independen atau variabel Y berpengaruh atau tidak. Terkait karena nilainya tergantung dari variabel X, besar kecilnya tergantung pada variabel Y. Variabel  penghubung tidak dapat diamati secara langsung tapi dapat bisa merasakan hasilnya yang telah diamati. Contohnya disertasi ibu Nirwana, ada variabel sumber daya fisik dan sumber daya manusia serta faktor budaya yang mempengaruhi keuangan, salah satu yang mempengaruhi seseorang untuk membayar adalah modal budaya orang bugis misalnya kejujuran, panutan usaha dan sebagainya. Unsur budaya lokal dalam mempengaruhi peternak dalam kemampuannya mengakses...

Pencernaan dan Metabolisme Karbohidrat Pada Ternak Ruminansia

Pada ternak Ruminansia, dalam memproses makanan memiliki  dua fase. fase Pertama saat makanan tersebut masuk ke mulut. Makanan tersebut tidak dikunyah hingga halus, namun terus ditelan. fase kedua dalam selang beberapa waktu makanan tersebut dikeluarkan kembali ke mulut untuk dikunyah sampai halus. Ruminansia mempunyai mikroorganisme di dalam reticulum yang mensekresikan enzim-enzim sehingga dapat mencerna makanan yang masuk ( Gill, J.L., 1978) . Karbohidrat merupakan komponen utama dalam ransum ternak ruminansia. Jumlahnya mencapai 60 -75 persen dari total bahan kering ransum. Dalam makanan kasar, sebagian besar karbohidrat terdapat dalam bentuk selulosa dan hemiselulosa, sedangkan dalam konsentrat umumnya karbohidrat terdapat dalam bentuk pati. Karbohidrat merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan mikroba rumen dan ternak induk semang. Perombakan karbohidrat struktural (selulosa dan hemiselulosa) oleh bakteri sebagian besar menghasilkan asam asetat. Bakteri pendeg...

PROSES RIGORMORTIS DAN KUALITAS DAGING

Otot semasa hidup ternak merupakan alat pergerakan tubuh yang tersusun atas unsur-unsur kimia C, H, dan O sehingga disebut sebagai energi kimia yang berfungsi sebagai energi mekanik (untuk pergerakan tubuh) ditandai dengan kemampuan berkontraksi dan berelaksasi Setelah ternak disembelih dan tidak ada lagi aliran darah dan respirasi maka otot sampai waktu tertentu tidak lagi berkontraksi. Atau dikatakan instalasi rigor mortis sudah terbentuk, ditandai dengan kekakuan otot (tidak ekstensibel).