Langsung ke konten utama

Teknologi Pengolahan Pakan Ternak, Silase dan Fermentasi Jerami



Tidaklah mudah mengintroduksi sesuatu kepada masyarakat, membumingkan sebuah teknologi untuk masyarakat. Teknologi harus berbasis atau sesuai kebutuhan peternak, utamanya dalam teknologi pengolahan pakan.  Sebagai akademisi, seorang penyuluh dan peneliti dalam mengaplikasikan hasil temuannya kepada mayarakat tidaklah mudah. Peneliti berbeda dengan petani, petani didaerah tropis membuat silase dan tidak  melakukan penelitian langsung saja mempraktekkan hingga selesai. 
Ketika memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang teknologi pengolahan pakan fermentasi jerami atau silase kepada peternak. Terkadang mereka menanggapi seadanya dan tidak perlu melakukan hal demikian karena anggapan petani bahwa hasil pengolahan tersebut tidak diperlukan, ternakpun pasti akan memakan hijauan yang sering diberikan dengan apa adanya.
Keberhasilan suatu peternakan sangat berpengaruh terhadap dukungan pemerintah setempat. Contoh yang dialami oleh Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan, Bupatinya sangat berperan aktif dalam pengembangan dan ikut andil dalam perkembangan  peternakan di daerah tersebut. Tak heran jika Kabupaten Pinrang berada di urutan kedua dalam pemelihara ternak di Sulsel, sedangkan Kabupaten Sidenreng Rappang menduduki urutan pertama.
Tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pangan protein hewani terus mengalami peningkatan. Akibatnya permintaan daging sapi meningkat. Ternak bagi sebagian petani merupakan usaha yang tidak kalah pentingnya dengan usaha utama seperti padi, jagung, tembakau,  palawija dan sebagainya. Bagi mereka, dunia peternakan hanya berfungsi sebagai usaha sampingan dan tabungan. Akan tetapi kehidupan ternak menjadi perhatian sepanjang hari.
Ternak membutuhkan makan dan minum yang harus disediakan sepanjang hari. Namun, ketersiadiaan pakan sepanjang tahun yang sangat tergantung pada musim. Musim hujan hijauan melimpah sedangkan musim kemarau hijauan sangat kurang. Lahan pengembalaan kini beralih fungsi menjadi lahan pertanian, lokasi bangunan perumahan, gudang dan lainnya. Kondisi inilah penyebab sumber pakan terbatas. Untuk itu diperlukan upaya dan teknologi khusus untuk penanganan pengolahan hijauan makanan ternak, agar ketika kekurangan pakan terjadi peningkatan produksi sapi.
Pemanfaatan limbah pertanian alternative sebagai jalan keluar. Terdapat beberapa jenis limbah pertanian dapat diberikan secara langsung atau diproses fermentasi terlebih dahulu sebelum diberikan untuk ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba.
Limbah pertanian merupakan hasil ikutan dari pertanian yang telah dipanen. Beragam jenis limbah pertanian dapat dimanfaatkan untuk hijauan makanan ternak yaitu jerami padi, jerami jagung, jerami kacang tanah, jerami kedelai, dan pucuk tebu. Pada saat musim panen limbah pertanian sangat mudah untuk didapatkan  Pada masa panen dan over produksi  inilah kesempatan petani atau peternak untuk mengolah hijauan tersebut dalam bentuk silase dan pakan amoniasi.



Pengolahan Hijauan dalam Bentuk Silase
Pengolahan untuk meningkatkan, mempertahankan kualitas misalnya jagung menjadi silase. Perlakuan kimiawi untuk pakan amoniase, contoh enzim hemiselulo yang memproduksi mikroba. Probiotik berfungsi menambah mikroba dalam pencernaan dan mendapat populasi mikroba sehingga pencernaan atau kecernaannya lebih bagus, zat aktif dalam probiotik berfungsi untuk proses pencernaan.
Silase adalah pengawetan hijauan,  hijauannya disini adalah rumput atau limbah pertanian. Pengolahan hijauan dalam bentuk silase untuk pengawetan pakan. Silase tidak mungkin akan diadopsi ketika hijauan segar untuk sapi tidak cukup.  Hijauan yang berlebih ketika tidak dimanfaatkan,  kemungkinan untuk dikonsumsi oleh ternak dalam kondisi rusak.
Adapun cara membuat silase yakni hijauannya dipotong, kelompok bahan penguat/konsentrat berupa dedak padi/bekatul, onggok (ampas tapioca), ampas sagu, ampas tahu dan lain-lain. Selanjutnya dilakukan pencampuran dengan kelompok bahan penguat tersebut dan ditambahkan urea atau mineral, kemudian terakhir  dibungkus anaerob selama 21 hari. Disimpan diatas 21 hari tidak menjadi masalah. Nanti kalau mau dipakai baru dibuka bungkusnya dianginkan sebentar baru diberikan pada ternak.
Aditif silase berfungsi sebagai Inhibitor atau penghambat, stimulant atau mendukung sumber nutrient makanan.  Keberhasilan silase bukan karena pemberian dedak atau molasses tetapi harus ada kandungan diposanya.
Dalam proses fermentasi mengaitkan asam laktat. Sehingga produksi PH menjadi rendah. Mikroba perusak yang bisa hidup dalam posisi ph rendah atau ph asam, sehingga ini silase pada umur 21 hari penyimpanan tidak boleh dibuka kalau tidak mau digunakan. Karena suasana asam berjalan terus menerus. Bakteri Asam Laktat memang sudah ada dalam mikroba, yang menentukan keberhasilan silase adalah kandungan nutrisi hijauan apakah tinggi atau rendah. Kedua, berapa besar bakteri asam laktat yang ada dihijauan.  Mikroba perusak yang bisa berproduksi yaitu ph 4 (ph asam).
 Keberhasilan silase yakni hari pertama hingga hari ke 21, dan yang harus diperhatikan adalah kedap udara karena bakteri tumbuh pada kondisi anaerob. Paling penting adalah setelah dan sebelum dicacah hijauan dilayukan, sehingga kadar air dalam hijauan mencapai  60 % .  Aplikasi silase sangat menarik dimana petani melakukan integrasi tanaman jagung.

Pakan Amoniasi dengan Fermentasi Jerami
Ketika panen petani membiarkan jerami disawah atau membakarnya, menyadarkan peternak akan hal itu perlu pendekatan yang bagus. ketika para petani memikirkan proses pembuatan fermentasi jerami padi. Mereka akan memikirkan bagaimana proses transportasinya, memulainya akan semakin sulit karena beberapa faktor. Dengan demikian penyuluh harus mengikuti kemauan peternak, melakukannya tidak harus mengikuti teori yang ada.
Meningkatkan nilai gizi jerami padi melalui proses fermentasi dengan menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selulitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (starbio, starbioplus, probion). Hal ini akan meningkatkan motivasi untuk meningkatkan ternak sapi yang dipelihara. Dalam amoniasi harus anaerob atau dibungkus sampai kedap udara. Jerami yang ditaburi urea akan mengasilkan amoniasi karena airnya dihasilkan dari jeraminya yang memiliki kualitas yang bagus. Namun, sangat berbeda cara yang dilakukan oleh petani.

Adapun proses pembuatan yang sering dilakukan dimasyarakat yakni jeraminya di diambil dari sawah kemudian disebar dan ditumpuk paling tinggi 50 cm, setelah ditumpuk 50 cm lalu dikasih urea dan mikroba. Mikroba yang dipakai disini adalah starbio starbioplus dan probion. Selanjutnya menumpuk dan membiarkan sampai setinggi yang diinginkan. Dan ini tidak diurus dibirakan begitu saja, setelah itu baru dibongkar, setelah dibongkar diangin-anginkan diberikan kepada ternak. Mengumpulkan jerami sebanyak-banyaknya kemudian difermentasikan lalu disimpan, saat musim kemarau jerami ini dipergunakan untuk pakan ternak. 

Hardianti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hubungan antara Variabel X dan Y dalam Meneliti

Berdasarkan fungsinya variabel dibagi atas tiga fungsi yakni variabel sebab dibedakan atas veriabel penghubung dan variable akibat. Hubungan antara variable X dan Y ada hubungannya melalui variabel penghubung. Semua yang dilakukan dalam perlakuan merupakan variabel bebas. Apakah faktor mempengaruhi variabel Y untuk beberapa variabel bebas dan bagaimana pengaruhnya terhadap independen atau variabel Y berpengaruh atau tidak. Terkait karena nilainya tergantung dari variabel X, besar kecilnya tergantung pada variabel Y. Variabel  penghubung tidak dapat diamati secara langsung tapi dapat bisa merasakan hasilnya yang telah diamati. Contohnya disertasi ibu Nirwana, ada variabel sumber daya fisik dan sumber daya manusia serta faktor budaya yang mempengaruhi keuangan, salah satu yang mempengaruhi seseorang untuk membayar adalah modal budaya orang bugis misalnya kejujuran, panutan usaha dan sebagainya. Unsur budaya lokal dalam mempengaruhi peternak dalam kemampuannya mengakses pem

Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Betina

Sapi betina tidak hanya memproduksi sel kelamin yang sangat penting untuk mengawali kehidupan turunan baru, tetapi ia menyediakan pula tempat beserta lingkungannya untuk perkembangan individu baru itu, dimulai dari waktu pembuahan ovum dan memeliharanya selama awal kehidupan. Tugas ini dilaksanakan oleh alat reproduksi primer dan sekunder. Alat reproduksi primer, yaitu ovaria memproduksi ovum dan hormon betina. Organ reproduksi sekunder yaitu terdiri atas tuba fallopi, uterus, cervix, vagina dan vulva. Fungsi alat-alat ini adalah menerima dan mempersatukan sel kelamin jantan dan betina, memelihara dan melahirkan individu baru. Seringkali kelenjar susu dihubungkan sebagai pelengkap alat kelamin, karena kelenjar ini berhubungan erat dengan reproduksi dan penting untuk memberi makan anaknya yang baru dilahirkan selama beberapa waktu.

PROSES RIGORMORTIS DAN KUALITAS DAGING

Otot semasa hidup ternak merupakan alat pergerakan tubuh yang tersusun atas unsur-unsur kimia C, H, dan O sehingga disebut sebagai energi kimia yang berfungsi sebagai energi mekanik (untuk pergerakan tubuh) ditandai dengan kemampuan berkontraksi dan berelaksasi Setelah ternak disembelih dan tidak ada lagi aliran darah dan respirasi maka otot sampai waktu tertentu tidak lagi berkontraksi. Atau dikatakan instalasi rigor mortis sudah terbentuk, ditandai dengan kekakuan otot (tidak ekstensibel).