Langsung ke konten utama

Tahapan Proses Pencernaan pada Ternak Ruminansia

Pencernaan pada ternak ruminansia merupakan proses interaksi dinamis antar pakan, populasi mikroba dan ternak itu sendiri. Pencernaan adalah serangkaian proses yang terjadi di dalam alat pencernaan (tractus digestivus) ternak sampai memungkinkan terjadinya penyerapan. Proses pencernaan merupakan suatu perubahan fisik dan kimia yang dialami oleh bahan makanan dalam alat pencernaan (Gill, J.L., 1978).
Makanan yang masuk dalam mulut ternak ruminansia akan mengalami proses pengunyahan/pemotongan secara mekanis sehingga membentuk bolus. Dalam proses ini makanan akan bercampur dengan saliva, lalu masuk ke dalam rumen melalui oesofagus untuk selanjutnya mengalami proses pencernaan fermentatif. Di dalam rumen bolus-bolus tadi akan dicerna oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Selama dalam rumen makanan yang kasar akan dipecah lagi dimulut (ruminasi), kemudian masuk lagi melalui reticulum, omasum dan abomasum. Hasil fermentasi di rumen tadi tadi diserap oleh usus halus(proses pencernaan hidrolitik) yang selanjutnya masuk dalam sistem peredaran darah.
Tahapan proses pencernaan pada ternak ruminansia dibagi menjadi dua bahagian yaitu  proses pencernaan yang terjadi dalam rumen dan reticulum serta proses pencernaan berikutnya yang terjadi di saluran pencernaan pasca rumen ( usus halus dan usus besar ). Didalam reticulorumen dan organ pencernaan bagian belakang, pencernaan dibantu oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroba (pencernaan fermentative), sedangkan di usus halus pencernaan dibantu oleh enzim yang dihasilkan oleh usus halus dan pankreas (pencernaan enzymatic).
Ternak menggunakan komponen zat-zat gizi untuk memenuhi kebutuhan mempertahankan kondisi normal tubuhnya, pertumbuhan jaringan tubuh, berproduksi dan bereproduksi. Produksi daging identik dengan pertumbuhan jaringan pada ternak muda yang bertumbuh. Protein, karbohidrat dan lemak berakumulasi pada jaringan-jaringan dengan laju yang sama dengan perbedaan antara laju sintesis dan katabolismenya. Pada keadaan normal,laju akumulasi lebih sedikit dibandingkan laju sintesis ataupun laju katabolismenya. (Gill, J.L., 1978)
Peningkatan produksi ternak ruminansia tidak tercapai tanpa disertai peningkatan penyediaan hijauan yang kontinyu baik mutu maupun jumlahnya. Rendahnya mutu hijauan dan terjadinya perubahan bentuk fisik akibat proses penuaan dan pengeringan sangat berpengaruh terhadap proses pencernaan fermentative didalam rumen yang selanjutnya akan menentukan jumlah dan komposisi produk metabolism didalam rumen.
Keterbatasan lahan untuk penanaman hijauan mendorong peternak mencari bahan limbah sebagai pengganti atau penambah hijauan, walaupun mutunya rendah. Untuk meningkatkan mutu ransum serta memenuhi kebutuhan nutrien dan energi perlu ditambahkan konsentrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan  limbah yang difermentasi; yaitu jerami padi dengan T. viride, dedak padi dengan A. niger, onggok dengan A. luchuensis dan S.cereviseae, yang dicampur dengan proporsi 30,35 dan 35 berhasil meningkatkan kecernaan dan produk fermentasi secara in vitro (Suwandyastuti et. al., 1997; Suwandyastuti et.al., 2010) dan meningkatkan pertambahan bobot badan sapi pada percobaan in vivo (Suwandyastuti dan Rimbawanto, 2011).
Perlu dikaji bagaimana produk metabolism rumen pada sapi jantan fase tumbuh yang mendapat ransum lengkap (complete feed) dengan bahan dasar rumput gajah, jerami padi, dedak padi dan onggok berdasarkan formulasi yang sudah diuji secara in vitro (Suwandyastuti et. al., 1997, Suwandyastuti et. al., 2010).












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hubungan antara Variabel X dan Y dalam Meneliti

Berdasarkan fungsinya variabel dibagi atas tiga fungsi yakni variabel sebab dibedakan atas veriabel penghubung dan variable akibat. Hubungan antara variable X dan Y ada hubungannya melalui variabel penghubung. Semua yang dilakukan dalam perlakuan merupakan variabel bebas. Apakah faktor mempengaruhi variabel Y untuk beberapa variabel bebas dan bagaimana pengaruhnya terhadap independen atau variabel Y berpengaruh atau tidak. Terkait karena nilainya tergantung dari variabel X, besar kecilnya tergantung pada variabel Y. Variabel  penghubung tidak dapat diamati secara langsung tapi dapat bisa merasakan hasilnya yang telah diamati. Contohnya disertasi ibu Nirwana, ada variabel sumber daya fisik dan sumber daya manusia serta faktor budaya yang mempengaruhi keuangan, salah satu yang mempengaruhi seseorang untuk membayar adalah modal budaya orang bugis misalnya kejujuran, panutan usaha dan sebagainya. Unsur budaya lokal dalam mempengaruhi peternak dalam kemampuannya mengakses pem

Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Betina

Sapi betina tidak hanya memproduksi sel kelamin yang sangat penting untuk mengawali kehidupan turunan baru, tetapi ia menyediakan pula tempat beserta lingkungannya untuk perkembangan individu baru itu, dimulai dari waktu pembuahan ovum dan memeliharanya selama awal kehidupan. Tugas ini dilaksanakan oleh alat reproduksi primer dan sekunder. Alat reproduksi primer, yaitu ovaria memproduksi ovum dan hormon betina. Organ reproduksi sekunder yaitu terdiri atas tuba fallopi, uterus, cervix, vagina dan vulva. Fungsi alat-alat ini adalah menerima dan mempersatukan sel kelamin jantan dan betina, memelihara dan melahirkan individu baru. Seringkali kelenjar susu dihubungkan sebagai pelengkap alat kelamin, karena kelenjar ini berhubungan erat dengan reproduksi dan penting untuk memberi makan anaknya yang baru dilahirkan selama beberapa waktu.

PROSES RIGORMORTIS DAN KUALITAS DAGING

Otot semasa hidup ternak merupakan alat pergerakan tubuh yang tersusun atas unsur-unsur kimia C, H, dan O sehingga disebut sebagai energi kimia yang berfungsi sebagai energi mekanik (untuk pergerakan tubuh) ditandai dengan kemampuan berkontraksi dan berelaksasi Setelah ternak disembelih dan tidak ada lagi aliran darah dan respirasi maka otot sampai waktu tertentu tidak lagi berkontraksi. Atau dikatakan instalasi rigor mortis sudah terbentuk, ditandai dengan kekakuan otot (tidak ekstensibel).