Langsung ke konten utama

Mau Nilai? Sikap Lebih Diutamakan

Waktu itu aku telah meranjak ke semester  lima di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin (Unhas), ada satu mata kuliah dasar di fakultas yang belum saya lulusi. Kebetulan waktu itu saya mengambil matakuliah tersebut dengan Mahasiswa baru angkatan 2009. Tahun pertama mengambil matakuliah dengan Mahasiswa baru yang tidak ada seorang pun yang saya kenal. Awalnya saya minder karena tidak memiliki teman, dan akhirnya setelah berminggu-minggu saya dengan mereka mulai akrab satu persatu.

Waktu itu saya menjabat sebagai Reporter Penerbit Kampus Identitas Unhas. Berat buat saya membagi antara praktikum, kuliah dan wawancara. Tidak seperti magang, karena seorang reporter harus bertanggungjawab untuk menyelesaikan satu berita, bahkan peliputan lainnya yang telah di mandatkan harus diselesaikan dengan tepat waktu. Yang tertanam dalam kepalaku bahwa, seorang reporter sama sekali tidak boleh melanggar deadline.

Lagi-lagi saya  harus membagi waktu antara kuliah dengan aktivitas yang lain. Berat memang, ini adalah pilihan. Suatu saat saya dihadapkan oleh dua hal yaitu antara wawancara laput di Perumahan dosen, kebetulan yang saya wawancara pada waktu itu adalah  salahsatu dosen Fakultas  Teknik  Unhas.
Tepat hari sabtu, saya berhasil menembua narasumber setelah berhari-hari menemui diruangannya, sampai setiap hari kerumahnya dan mendapat nomor handpone dari anaknya. Akhirnya janjian dan ketemu. Sekira pukul 10.30 Wita saya sampai dirumahnya dan usai wawancara tepat pukul 01.00 wita.

Hari itu, bukan hanya wawancara yang harus aku selesaikan. Tapi ada praktikum juga, sebelum praktikum semua bahan harus lengkap bahkan merek pun harus sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh asisten. Alhamdulillah saya bersyukur karena saya wawancara dengan dosen itu tepat pukul satu  siang. Dan praktek saya pukul dua siang. setengah dua siang saya sampai ketempat tujuan, saya merasa bahwa semua alat dan bahan saya sudah lengkap. Asisten pun memanggil satu-persatu para praktikannya.

Tibalah giliran saya, dengan santai semua alat dan bahan yang akan digunakan saya sodorkan pada asisten tersebut. Aku kaget, ketika dia mengatakan,”kamu jangan dulu masuk, ganti dulu tissuemu” katanya dengan sangat kasar. Tanpa rasa bersalah sayapun bertanya kembali kenapa saya tidak dibolehkan untuk masuk, dan berteriak kepada asisten tersebut, “masa  cuman gara-gara merek tissue tidak boleh masuk?” Semua berhasil masuk dan siap untuk Respon. Aku mulai resah, muak, sampai meluapkan semua kata-kata kepada kordinator asisten sampai aku merasa puas. Karena penuh perjuangan, saya harus menembus narasumber, dan berjuang untuk tidak bolos dalam ikut praktek ini.

Temanku yang asisten mulai menenangkan saya, dan mulai mencarikan saya tissue yang merek nice. Perasaanku mulai membaik saat teman aku mendekat dengan membawakan tissue tersebut. Betul-betul ini adalah semua pembodohan yang telah dilakukan oleh mereka yang merasa dirinya paling benar. Sebenarnya saya bersalah dengan hal ini karena tidak mematuhi aturan yang telah ditentukan. Tapi sampai sekarang saya benar-benar tidak menerima hal tersebut. Tiba pengumuman nilai, saya nyaris tidak mendapatkan namaku yang tertera dalam pengumuman di fakultas. Tidak aku sangka, padahal semua laporan, tugas, sampai kehadiran 100%, dan juga mengikuti ujian akhir semester.

Ada niat untuk mengurus nilai tersebut. Namun, penyakit malasku kambuh lagi. Meskipun pernah satu kali saya menelpon dosen Koordinator matakuliah tersebut, tapi itu semua karena saya setengah hati mengurusnya. Sempat terpikirkan, Mungkin gara-gara saya membentak Koordinator asisten tersebut didepan para praktikan. Pengalaman yang tak terlupa sampai saya jadi alumni kelak. Entah apa yang selanjutnya yang terjadi dengan nilaiku semester ini. Semoga tidak terjadi kesalahan dan saya lulus.  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hubungan antara Variabel X dan Y dalam Meneliti

Berdasarkan fungsinya variabel dibagi atas tiga fungsi yakni variabel sebab dibedakan atas veriabel penghubung dan variable akibat. Hubungan antara variable X dan Y ada hubungannya melalui variabel penghubung. Semua yang dilakukan dalam perlakuan merupakan variabel bebas. Apakah faktor mempengaruhi variabel Y untuk beberapa variabel bebas dan bagaimana pengaruhnya terhadap independen atau variabel Y berpengaruh atau tidak. Terkait karena nilainya tergantung dari variabel X, besar kecilnya tergantung pada variabel Y. Variabel  penghubung tidak dapat diamati secara langsung tapi dapat bisa merasakan hasilnya yang telah diamati. Contohnya disertasi ibu Nirwana, ada variabel sumber daya fisik dan sumber daya manusia serta faktor budaya yang mempengaruhi keuangan, salah satu yang mempengaruhi seseorang untuk membayar adalah modal budaya orang bugis misalnya kejujuran, panutan usaha dan sebagainya. Unsur budaya lokal dalam mempengaruhi peternak dalam kemampuannya mengakses pem

Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Betina

Sapi betina tidak hanya memproduksi sel kelamin yang sangat penting untuk mengawali kehidupan turunan baru, tetapi ia menyediakan pula tempat beserta lingkungannya untuk perkembangan individu baru itu, dimulai dari waktu pembuahan ovum dan memeliharanya selama awal kehidupan. Tugas ini dilaksanakan oleh alat reproduksi primer dan sekunder. Alat reproduksi primer, yaitu ovaria memproduksi ovum dan hormon betina. Organ reproduksi sekunder yaitu terdiri atas tuba fallopi, uterus, cervix, vagina dan vulva. Fungsi alat-alat ini adalah menerima dan mempersatukan sel kelamin jantan dan betina, memelihara dan melahirkan individu baru. Seringkali kelenjar susu dihubungkan sebagai pelengkap alat kelamin, karena kelenjar ini berhubungan erat dengan reproduksi dan penting untuk memberi makan anaknya yang baru dilahirkan selama beberapa waktu.

PROSES RIGORMORTIS DAN KUALITAS DAGING

Otot semasa hidup ternak merupakan alat pergerakan tubuh yang tersusun atas unsur-unsur kimia C, H, dan O sehingga disebut sebagai energi kimia yang berfungsi sebagai energi mekanik (untuk pergerakan tubuh) ditandai dengan kemampuan berkontraksi dan berelaksasi Setelah ternak disembelih dan tidak ada lagi aliran darah dan respirasi maka otot sampai waktu tertentu tidak lagi berkontraksi. Atau dikatakan instalasi rigor mortis sudah terbentuk, ditandai dengan kekakuan otot (tidak ekstensibel).