Langsung ke konten utama

PAKAN TERNAK

A.    Pakan Suplemen
                 Pakan adalah makanan asupan yang diberikan kepada hewan ternak (peliharaan). Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa pakan merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhlukh hidup . Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein Pakan berkualitas adalah pakan yang kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang (Anonima, 2011).
Hal yang harus diperhatikan dalam mengenai pakan yaitu pakan tidak boleh disimpan dalam 2 minggu, tempat penyimpanan pakan sebaiknya kering (tidak lembab). Apabila pakan dibeli di pabrik sebaiknya dipastikan pabrik tersebut memproduksi pakan dengan kualitas yang baik . Kualitas pakan dapat menentukan kualitas ternak. Jika pakan disimpan dalam wadah, sebaiknya wadah tersebut ditutup rapat dan tidak ada udara yang masuk . Pakan yang terkontaminasi udara lembab akan berjamur (Anonima, 2011).
Pakan buatan dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu pakan lengkap (complete feed) dan pakan suplemen (suplemental feed). Pakan lengkap, adalah pakan yang diformulasi sedemikian rupa sehingga memiliki semua vitamin esensial dalam jumlah yang diperlukan oleh ternak. Pakan ini lebih ditujukan untuk memberikan pertumbuhan normal pada  hewan yang tidak mendapatkan suplao vitamin dari pakan alami. (Anonima, 2011).
B.     Macam-Macam Pakan Suplemen
Ada berbagai macam pakan suplemen yang dapaL dibuat oleh manusia, sebagai pakan tambahan bagi temak utamanya pada temak ruminansia yaitu :
 1. UMB (Urea Mollases Block) sering juga disebut dengan pakan pemacu merupakan jenis pakan yang berperan sebagai pemacu pertumbuhan dan peningkatan populasi mikroba da dalam rumen. Hal ini disebabkan oleh salah satu bahan di dalam komposisi UMB merupakan bahan yang dapat membantu dalam pertumbuhan mikroorganisme rumen. Pakan pemacu dapat • merangsang ternak ruminansia (sebagai induk semang) menambah jumlah konsumsi serat kasar sehingga akan meningkatkan produksi (Kartadisastra, 1997).
2. CB (Coming Block) CB (Coming Block) aman dikonsumsi oleh ternak nonruminansia karena tidak mengandung urea. Temak non ruminansia tidak mampu mengubah urea menjadi protein karena tidak mempunyai rumen, selain itu populasi mikroorganisme di dalam lambung ternak non ruminansia yang membantu dalam mencerna serat kasar dan NPN (Santosa, 2006).
3. Jerami fermentasi. Jerami fermentasi a3alah pengawetan jerami dalam bentuk lembab. Proses fermentasi merupakan proses anaerob sehingga perlu dihindarkan tindakan yang mengakibatkan masuknya udara Proses ini dilal:ukan dengan menggunakan probiotik sebagai starter. Starter yang dapat digunakan antaralain Starbio, Bioplas atau Koenzym (Anonimb, 2011).
C. Fungsi Pakan Suplemen
                  Dari pengembangan teknologi suplemen pakan temak bergizi tinggi, bahan pakan yang digunakan pada pakan suplemen berprotein tinggi. Bahan pakan tersebut kaya akan sumber protein, asam amino, energi, mineral (kalsium dan fosfor), asam lemak penting, serta nutrisi penting lainnya (Poultry Meat Meal, 2011).
Adapun fungsi utama penggunaan bahan pakan suplemen tersebut bagi ternak yaitu (Poultry Meat Meal, 2011) :
·     Mengandung zat-zat seperti asam amino yang cukup tinggi dengan harga yang murah.
·     Persediaan asam amino penting yang seimbang, seperti methionine plus cystine, lysine, dll.
·     Menyediakan energi dengan biaya rendah karena adanya kandungan   lemak
·     Memperkaya pakan ternak dengan asam lemak penting, vitamin and nutrisi penting lainnya.
·     Kaya akan sumber fosfor, kalsium dan mineral.
·      Mengurangi biaya formulasi pakan ternak karena perkembagan biaya dengan harga yang menguntungkan.
·     Meningkatkan berat temak dengan harga yang lebih rendah
D. Defenisi Tepung Limbah ikan dan Fungsinya
Formula pakan tradisional baik itu untuk unggas ataupun ikan masih menggunakan tepung ikan sebagai sumber protein yang memang menjadi nutrisi utama bagi pertumbuhan hewan ternak. Kandungan tepung ikan dapat mencapai 40-45 %. Selain itu dalam formulasi biasanya ditambahkan minyak ikan sebesar 10- 15%. Ini mengindikasikan penggunaan tepung ikan sangat penting dalam industri pakan (Anonime, 2011).
Diantara bahan-bahan lainnya, tepung ikan adalah bahan yang paling mahal. Nilai ekonomi yang tinggi dari tepung ikan dikarenakan tepung ikan menyediakan nutrisi yang mudah dicerna oleh hewan ternak Namun penggunaan tepung ikan berlawanan dengan kebijakan penggunaan sumber akuatik yang berharga dan terbatas sebagai bahan pakan hewan. Padahal dunia sedang dikhawatirkan atas harga tepung ikan yang terus meningkat sebagai akibat dari peningkatan permintaan dunia akan tepung ikan, sementara sumber tepung ikan masih terbatas dan sulit diperoleh. Oleh karena itu hingga saat urn para ahli dan kalangan industri terus berusaha untuk mencari sumber protein baru yang dapat menggantikan tepung ikan (Anonime, 2011).
Tepung ikan adalah suatu produk padat kering yang dihasilkan sebagai dengan jalan mengeluarkan sebagaian besar cairan dan sebagian atau seluruh lemak yang dikandung didalam tubuh ikan. Tepung ikan sebagai bahan pakan temak dan ikan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani dibuat dari sisa sisa olahan (limbah) atau kelebihan hasil penangkapan dalam memakksimalkar pemanfaatan ikan yang pada akhirnya juga memaksimalkan nilai ekonomis sisa olahan dan kelebihan hasil tangkapan tersebut. Bahan mentah yang sebaiknya dipakai adalah ikan yang tiidak berlemak (lean fish) untuk mengurangi kemungkinan terjadinya oksidasi lemak yang akan menyebabkan rancidity. Kandungan nutrisi dalam tepung ikan adalah protein 60-75%, lemak 6-14%, kadar air 4-12% dan kadar abu 6-18% (Anonime, 2011).
E. Defenisi Tepung Bonggol Pisang dan Fungsinya
Tanaman pisang merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak diusahakan di daerah tropis karena menyukai iklim panas 'dan memerlukan matahari penuh. Tanaman ini dapat tumbuh di tanah yang cukup air pada daerah dengan ketinggian sampai 2000 m di atas permukaan air laut. Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali kemudian mati. Tingginya antara 2-9 m, berakar serabut dengan batang di bawah tanah (bonggol) yang pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol tumbuh tanaman baru (Admin, 2006).
Bonggol pisang belum dimanfaatkan oleh masyarakat desa secara optimalsebagai komoditi yang memiliki nilai lebih, padahal bonggol pisang mengandung karbohidrat yang cukup tinggi. Dalam 100 g bahan, bonggol pisang kering mengandung karbohidrat 66,2 g dan pada bonggol pisang segar mengandung karbohidrat 11,6 g (Nio, 1992). Namun, kemajuan di bidang bioteknologi telah menggugah hati masyarakat untuk memanfaatkan bahan-bahan yang kurang bermanfaat untuk diubah menjadi produk baru dan beberapa hasil oiahan yang bermutu. Kandungan karbohidrat yang tinggi dalam bonggol pisang memungkinkan untuk difermentasi untuk menghasilkan cuka. Dalam proses fermentasi, karbor.:drat akan diubah menjadi gula oleh S. cerevisiae, gula diubah menjadi alkohol dan alkohol akan diubah oleh A. Aceti menjadi asam asetat (Maryuni, 2006).
kandungan kimia bonggol pisang adalah sebagai Kalori Protein Lemak H. arang Ca P Fe Vitamin Air (%), A (si) B (mg) C (mg), Basah 43 0,6 - 11,6 15 60 0,5 - 0,01 12 86, Kering 245 3,4 - 66,2 60 150 2 - 0,04 4 20 (Daftar Komposisi Bahan Makanan, Dir. Gizi, 1979).
Berdasarkan komposisi kimia bonggol pisang tersebut maka bonggol pisang dapat dipergunakan sebagai bahan makanan yang cukup baik, karena bonggol pisang cukup b;.nyak mengandung karbohidrat (66,2%), maka pemanfaatannya sebagai bahan makanan (pengganti beras dan gandum paling sederhana) dan juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan alkohol. Alkohol tersebut dapat berfungsi sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM). Alkohol yang diperoleh tersebut juga dapat dipergunakan sebagai bahan industri kimia, bahan kecantikan dan kedokteran (Munadjim, 1983).
F. Amoniasi Jerami
Jerami merupakan bagian dari batang tumbuhan tanpa akar yang tertinggal setelah dipanen butir buahn-va. Jika jerami padi langsung diberikan kepada temak tanpa melalui proses pengolahan, maka jerami padi ini akan tergolong sebagai makanan ternak yang berkualitas rendah. Jerami padi memiliki kandungan zat gizi yang minim, kandungan protein yang sedikit, dan daya cernanya rendah (Anonim`, 2011).
Limbah pertanian berupa jerami padi harus dapat dimanfaatkan menjadi makanan ternak. Pemanfaatan jerami padi ini sangat diperlukan untuk menjaga ketersediaan makanan bagi ternak sepanjang waktu. Atas dasar pertimbangan itu, diperlukan penggunaan teknologi dalam mengolah jerami padi menjadi makanan ternak berkualitas sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh ternak. Teknologi pengolahan jerami yang telah berkembang dan mudah pengerjaannya adalah pengolahan dengan menggunakan teknik amoniasi (Anonim`, 2011).
Teknik amoniasi
M. Chenost, seorang peneliti dari Institut national de la recherche agronomique (INRA) dalam bukunya yang beijudul Roughage Utilization in Warm Climate menjelaskan, pengolahan jerami terdiri atas beberapa telmik, yaitu teknik perlakuan fisik (physical treatment technique), perlakuan biologis (biological treatment), dan perlakuan kimiawi (chemical technique). Teknik amoniasi jerami padi tergolong sebagai teknik perlakuan kimiawi. Tujuannya agar konstituen dari jerami yang berkualitas rendah dapat dicerna enzim pencernaan. sehingga dapat meningkatkan daya cerna (digestibility) dan jumlah jerami yang dimakan (intake) (Anonim`,2011).
Jerami merupakan bagian dari batang tumbuhan tanpa akar yang tertinggal setelah dipanen butir buahnya. Jika jerami padi langsung diberikan kepada temak, tanpa melalui proses pengolahan, maka jerami padi ini akan tergolong sebagai makanan ternak yang berkualitas rendah. Jerami padi memiliki kandungan zat gizi yang minim, kandungan protein yang sedikit, dan daya cernanya rendah. Meskipun demikian, teknik amoniasi dapat mengubar jerami menjadi makanan temak yang potensial dan berkualitas karena dapat meningkatkan daya cema dan kandungan proteinnya Sejumlah negara di dunia seperti, Tunisia, Mesir, dan Algeria telah melakukan teknik amoniasi jerami padi ini sejak lebih dari 15 tahun yang lalu (Chenost, 1997)
Teknik amoniasi dapat meningkatkan kualitas gizi jerami padi agar dapat bermanfaat bagi temak. Teknik amoniasi ini dapat menambah kadar protein kasar (crude protein) dalam jerami. Kadar protein kasar tersebut diperoleh dari amoniak di dalam urea yang berperan dalam memuaikan serat selulosa. Pemuaian ini memudahkan penetrasi enzim selulosa dan meningkatkan kandungan protein kasar melalui peresapan nitrogen dalam urea (Anonim`, 2011).
Jerami padi yang telah diamoniasi memiliki nilai energi yang lebih besar dibandingkan jerami yang tidak diolah. Proses amoniasi sangat efektif dalam menghilangkan alfatoksin dalam jerami. Jerami yang telah diamoniasi akan terbebas dari kontaminasi mikroorganisme jika jerami tersebut telah diolah dengan mengikuti prosedur yang benar secara hati-hati. Pengolahan limbah pertanian berupa jerami padi menjadi makanan ternak harus disosialisasikan agar penggunaannya dapat dilakukan oleh masyarakat secara luas. Teknik amoniasi jerami padi ini harus dipertimbangltan penggunaan dan pembangunannya oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam bidang peternakan. Penggunaan teknologi amoniasi dalam mengolah jerami padi membutuhkan pengembangan secara intensif agar dapat memberdayakan sumber daya lokal dan menghindari ketergantungan impor makanan temak. Penyediaan makanan ternak merupakan bagian integral dari pembangunan petemakan secara umum. Kelangkaan makanan temak harus diatasi dengan penggunaan berbagai macam alternatif dalam bahan maupun pengolahan. Makanan temak yang selalu tersedia sepanjang waktu dengan diiringi sistem pemeliharaan terpadu akan menciptakan sektor petemakan yang tangguh dan berkelanjutan (Anonim`, 2011).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hubungan antara Variabel X dan Y dalam Meneliti

Berdasarkan fungsinya variabel dibagi atas tiga fungsi yakni variabel sebab dibedakan atas veriabel penghubung dan variable akibat. Hubungan antara variable X dan Y ada hubungannya melalui variabel penghubung. Semua yang dilakukan dalam perlakuan merupakan variabel bebas. Apakah faktor mempengaruhi variabel Y untuk beberapa variabel bebas dan bagaimana pengaruhnya terhadap independen atau variabel Y berpengaruh atau tidak. Terkait karena nilainya tergantung dari variabel X, besar kecilnya tergantung pada variabel Y. Variabel  penghubung tidak dapat diamati secara langsung tapi dapat bisa merasakan hasilnya yang telah diamati. Contohnya disertasi ibu Nirwana, ada variabel sumber daya fisik dan sumber daya manusia serta faktor budaya yang mempengaruhi keuangan, salah satu yang mempengaruhi seseorang untuk membayar adalah modal budaya orang bugis misalnya kejujuran, panutan usaha dan sebagainya. Unsur budaya lokal dalam mempengaruhi peternak dalam kemampuannya mengakses pem

Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Betina

Sapi betina tidak hanya memproduksi sel kelamin yang sangat penting untuk mengawali kehidupan turunan baru, tetapi ia menyediakan pula tempat beserta lingkungannya untuk perkembangan individu baru itu, dimulai dari waktu pembuahan ovum dan memeliharanya selama awal kehidupan. Tugas ini dilaksanakan oleh alat reproduksi primer dan sekunder. Alat reproduksi primer, yaitu ovaria memproduksi ovum dan hormon betina. Organ reproduksi sekunder yaitu terdiri atas tuba fallopi, uterus, cervix, vagina dan vulva. Fungsi alat-alat ini adalah menerima dan mempersatukan sel kelamin jantan dan betina, memelihara dan melahirkan individu baru. Seringkali kelenjar susu dihubungkan sebagai pelengkap alat kelamin, karena kelenjar ini berhubungan erat dengan reproduksi dan penting untuk memberi makan anaknya yang baru dilahirkan selama beberapa waktu.

PROSES RIGORMORTIS DAN KUALITAS DAGING

Otot semasa hidup ternak merupakan alat pergerakan tubuh yang tersusun atas unsur-unsur kimia C, H, dan O sehingga disebut sebagai energi kimia yang berfungsi sebagai energi mekanik (untuk pergerakan tubuh) ditandai dengan kemampuan berkontraksi dan berelaksasi Setelah ternak disembelih dan tidak ada lagi aliran darah dan respirasi maka otot sampai waktu tertentu tidak lagi berkontraksi. Atau dikatakan instalasi rigor mortis sudah terbentuk, ditandai dengan kekakuan otot (tidak ekstensibel).