Langsung ke konten utama

Kegunaan Vitamin dalam Tubuh

A. Asam Askorbat (Vitamin C)

Vitamin C terdapat dalam dua bentuk,yaitu bentuk yang tereduksi yang dengan mudah dioksidasi menjadi bentuk dehidro.
Vitamin C adalah suatu anti oksidan. Sifat tersebut dimanfaatkan untuk mencegah perubahan-perubahan oksidasi yang menimbulkan warna gelap dalam pengalengan buah.
Vitamin C terdapat relatif dalam buah jeruk segar, buah beku dan dalam jumlah sedikit, akan tetapi
buah-buahan lainnya seperti tomat, kentang, dan juga hijauan.
Vitamin C terlibat dalam penyerapan ferrum berasal bahan makanan. Jadi, secara tidak langsung vitamin C efektif dalam pencegahan anemia akibat defisiensi ferrum.
vitamin C memainkan peranan dalam sintesis kolagen, dalam reaksi-reaksi metabolik asam amino dan dalam sintesis epinefrin serta steroid antiperadangan, misalnya hidrokortison oleh kelenjar adrenal.

Sebagai tambahan, defisiensi vitamin C ada hubungannya dengan penyembuhan luka yang sulit. Pembentukan kolagen adalah esensial, karena protein jaringan-ikat tersebut menyemen sel-sel dan jaringan-jaringan menjadi satu. Bahan tersebut membuat semua jenis jaringan menjadi kuat, misalnya: pembuluh darah menjadi kuat, gigi secara kokoh ditempatkan di rongga gusi dan tulang-tulang secara kokoh ditahan bersama-sama.
Vitamin C mempertinggi penyerapan besi dari usus; vitamin tersebut diper-lukan untuk mengubah folasin menjadi asam folinat, untuk pembentukan hormon thiroksin dan adrenalin, ikut serta dalam metabolisme asam amino dan esensial dalam penyembuhan luka.

Secara nutrisi, aneka ternak unggas tidak membutuhkan vitamin C dalam ransumnya. Tetapi, secara biokhemis, vitamin tersebut disintesis dalam embrio dan dalam individu masing-masing. Vitamin C secara terpusat ditemukan memainkan peranan penting dalam perkembangan tulang.

B. Vitamin B1

Vitamin BI atau thiamin adalah vitamin yang larut dalam air pertama yang diketahui dibutuhkan unggas. Vitamin tersebut merupakan senyawa khemis seder¬hana mengandung cincin thiazol dan pirimidin.

Thiamin mudah rusak oleh panas dan kehilangan dalam jumlah besar dapat terjadi dalam penyediaan bahan makanan. Meskipun thiamin tersebar luas di alam, sumber-sumber kaya thiamin adalah sedikit. Dewasa ini telah dapat di¬peroleh thiamin sintetis.

Thiamin berfungsi dalam tubuh sebagai koenzim kokarboksilase, yaitu thiamin pirofosfat, dan kemungkinan pula sebagai koenzim dalam kombinasi dengan asam lipoat, lipothiamida. Koenzim thiamin adalah penting dalam dekarboksilasi asam a-keto, misalnya sebagai asam piruvat. Zat-zat yang terbentuk termasuk asam asetat, asetil fosfat, dan asetil koenzim A. Asetil koenzim A merupakan zat sangat penting karena dalam siklus asam trikarboksilat menyediakan energi. Pada defisiensi thiamin, piruvat berkumpul dalam darah dan jaringan dan terjadi perubahan dalam imbangan laktat-piruvat. Penemuan-penemuan tersebut sangat berguna dalam diagnosis de¬iisiensi.

Penemuan klinis terkemuka sebelumnya dalam defisiensi thiamin adalah neuritis perifer (beri-beri kering) dan penyakit jantung dengan udema (beri-beri basah). Meskipun demikian diagnosis defisiensi thiamin adalah tidak mudah, ter¬utama dalam tingkat permulaan, karena gejala-gejalanya tidak spesifik, dan juga merupakan gejala keadaan patologis lainnya. Gangguan saraf dan nafsu makan yang berkurang dapat dijumpai karena toksisitas asam piruvat.

C. Vitamin B2 (Riboflavin) '

Riboflavin pertama kali diperkenalkan dalam susu oleh Blyth dalam tahun 1879; merupakan zat yang larut dalam air, pigmen berwarna kuning dengan berpijar hijau, tersebar luas dalam bahan makanan, baik yang berasal dari tumbuh-tum¬buhan maupun hewan. Meskipun relatif stabil terhadap panas, riboflavin akan rusak bila kena cahaya.

Riboflavin merupakan vitamin esensial untuk hewan dan manusia kedua-dua¬nya. Vitamin tersebut teristimewa penting dalam nutrisi hewan, karena kandung¬an vitamin B2 bahan makanan ransum jarang mencukupi kebutuhan hewan dan unggas. Penambahan bahan makanan dengan vitamin B2 merupakan hal rutin.
Enzim yang mengandung riboflavin disebut flavoprotein. Dua koenzim telah diketahui, yaitu flavin mononukleotida dan flavin adenin dinukleotida. Koenzim¬koenzim tersebut berguna dalam sistem pengangkutan elektron, menimbulkan pembentukan senyawa energi tinggi, yaitu ATP.

Vitamin tersebut juga ada sangkut pautnya daJam enzim-enzim khusus yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, dan asam-asam amino.
Sebagai akibat proses-proses metabolik berbeda-beda yang dimainkan riboflavin, defisiensi vitamin tersebut dapat menimbulkan macam-macam gejala luas. Pada unggas gejala defisiensi paling penting adalah: pertumbuhan terhambat, jari kaki membengkok, kelumpuhan kaki, daya tetas rendah, dan kematian tinggi.
Sebagian riboflavin disimpan dalam hati akan tetapi kebutuhan sehari-hari harus cukup dan tidak tergantung dari yang disimpan dalam hati.
Masalah khusus dalam penggunaan riboflavin pada avam menyangkut transpor riboflavin protein.

D. Piridoksin (Vitamin B6)

Vitamin B6 (Piridoksin) meliputi grup terdiri atas tiga senyawa yang berhubungan berdekatan, yaitu: piridoksin, piridoksal, dan piridoksamin.
Vitamin B6 terdapat dalam hasil-hasil hewan, sebagian besar dalam bentuk piridoksal dan piridoksamin. Piridoksin merupakan komponen terbesar dalam produk-produk berasal tumbuh-tumbuhan. Piridoksal fosfat dan untuk sebagian kecil piridoksamin, berfungsi sebagai koenzim dalam sejumlah reaksi metabolisme asam amino. Salah satu reaksi paling umum dengan asam amino adalah trans¬aminase dan deaminase.

Vitamin B6 mempunyai peranan dalam mengkonversi triptofan ke derivat niasin dan mengambil bagian dalam interkonversi asam lemak esensial.
Sebagian besar butir-butiran dan konsentrat protein merupakan sumber piridok¬sin. Biji-bijian, bungkil kedelai, ragi, dan protein hewan merupakan pula sumber piridoksin. Ransum rata-rata cukup mengandung vitamin tersebut.

E. Vitamin B12 (Kobalamin)

Vitamin B12 (Kobalamin) seperti halnya golongan B kompleks lainnya, bukanlah merupakan zat tunggal, akan tetapi terdiri dari suatu kelompok yang dekat hubungannya dengan senyawa yang mengandung kobalt dan mempunyai akti¬vitas fisiologis sama. Golongan zat-zat tersebut dewasa ini dikenal sebagai ko¬balamin yang secara khemis berbeda, karena mempunyai radikal berlainan me lekat pada bagian kobalt. Vitamin B12 tanpa penandaan atau penunjukan berarti sianokobalamin, karena molekul sianida melekat pada kobalt.

Formula tersebut memperlihatkan bahwa bagian utama molekul yang rumit tadi mempunyai atom kobalt di tengah-tengah struktur cincin-tetra porfirin. Grup sianida terikat pada atom karbon, yang bertanggung jawab terhadap nama siano-kobalamin. Dengan cara yang sama, penggantian dengan grup nitrit menghasilkan nitrokobalamin.
Vitamin B12 berwarna merah karena adanya kobalt. Kobalt tersebut merupakan 4,35% dari berat molekul. Meskipun merupakan molekul terbesar di antara zat-zat vitamin dengan berat molekul 1355, vitamin B12 adalah stabil. Dari grup senyawa yang mempunyai aktivitas B12, hanya kobalamin yang dikembangkan secara ko¬mersial.
Vitamin B12 membentuk beberapa enzim dan berfungsi dalam proses-proses metabolik, menghasilkan dalam metilasi transfer hidrogen dan pembentukan he-moglobin. Vitamin tersebut secara luas digunakan dalam obat-obatan manusia dan digunakan dalam semua ransu.-n bagi hewan berlambung sederhana, termasuk aneka ternak unggas.

F. Niasin (Asarn Nikotinat)

Niasin adalah senyawa yang sangat stabil dalam bahan makanan alam. Zat tersebut terdapat sebagai niasin bebas, niasin terikat atau nikotinamid dalam bentuk koenzim. Bahan makanan alam relatif rendah kandungan niasinnya, akan tetapi banyak protein mengandung cukup triptofan yang dapat diubah ke dalam niasin. Karena triptofan merupakan prekursor niasin, maka perlu menaksir kan¬dungan triptofan demikian juga kandungan niasin ransum dalam menentukan kecukupan konsumsi niasin. Perbandingan perubahan triptofan ke niasin adalah lebih kurang 60:1, yaitu lebih kurang 1.0 mg niasin dibentuk dari 60 mg triptofan.

Penampilan pellagra dewasa ini diketahui sebagai akibat defisiensi niasin, muncul di Eropa sekitar tahun 1720, ketika jagung dari Dunia Baru merupakan bahan pokok utama di daerah-daerah yang berbatasan dengan Laut Mediterranen di Spanyol, Perancis, Italia, clan ke Timur sampai Mesir. Gejala pertama pellagra yang dicatat sebagai penyakit khusus diuraikan oleh seorang dokter Spanyol, Gaspal Casal dalam tahun 1735. Meskipun istilah pellagra (pelle, kulit dan agra, kasar) telah terlebih dahulu digunakan di Itali sebagai gejala penyakit tersebut, hat tersebut tidak diumurnkan sampai tahun 1771 oleh Frapoli.

Di Amerika Serikat, pellagra dikenal sebagai penyebab kematian di banyak negara bagian. Korban-korban pellagra hidup di daerah-daerah yang disinari matahari dan mereka menderita diare dan dementia.

Banyak teori tentang penyebab pellagra. Selama bertahun-tahun penyakit ter¬sebut diyakini akibat racun atau zat infeksius dalam jagung busuk. Casimir Funk memperkirakan pellagra adalah akibat defisiensi vitamin. Para peneliti di Mesir menganggap bahwa pellagra ada hubungannya dengan kekurangan asam amino, kemungkinan triptofan. Penelitian Joseph Goldberger, ahli bakteriologi, dimulai
sekitar tahun 1914, mendemonstrasikan bahwa pellagra adalah akibat defisiensi nutrisi; penyakit tersebut ada hubungannya dengan ransum tepung jagung, lemakdan melasse---ditambah kemiskinan.Nama niasin adalah perubahan dari nama asam nikotinat, karena telah sering dan keliru dihubungkan dengan nikotin, zat toksis dalam tembakau.
Niasin merupakan unsur pokok penting enzim-enzim tertentu (terutama dehi-drogenase) dan dengan demikian ada sangkut pautnya dalam proses-proses ok¬sidasi dan reduksi respirasi seluler rumit. Adanya niasin adalah esensial untuk metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein.

G. Folasin (Asam Folat)

Asam folat terdapat dalam bahan makanan, baik dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk konjugasi sebagai asam pteroilglutamat dan asam pteroilheptaglu¬tamat.
Sumber terbaik vitamin tersebut adalah hati, hijauan, daging, ginjal, dan biji-bijian. Asam folat ikut dalam sintesis senyawa yang digunakan dalam pembentukan nukleoprotein dan dalam proses-proses transmethylasi. Vitamin tersebut esensial untuk pengendalian hematopoiesis normal, memainkan peranan penting dalam mitosis sel dan pertumbuhan sel darah merah. Bila asam folat tidak terdapat dalam ransum, kedewasaan sel darah merah menurun dan sel yang dewasa tumbuh menjadi sel-sel lebih besar daripada normal pada anak unggas. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya anemia makrositik.

Asam folat terlibat dalam struktur beberapa enzim, salah satu di antaranya adalah asam folasin (faktor sitrovorum). Sistem enzim-enzim tersebut terdapat dalam hati di antaranya reduktase, transferase, dan sintetase, yang terlibat dalam sintesis purin, pyrimidin, kholin, dan methionin.
Bahan makanan alam pada umumnya menyediakan cukup asam folat, akan tetapi bila obat-obatan sulfa diberikan, dapat timbul suatu defisiensi. Obat-obat sulfa dapat menurllnkan sintesis asam folat usus.

H. Koline

Kholin, yang mempunyai struktur formula seperti di bawah ini, bukanlah vitamin dalam pengertian istilah tepat. Zat tersebut adalah sebagi unsur pokok fosfolipid lesitin.

O
HC- \C-R,
R,-C~ O- I H II HC-o-P-O-CHzCH2NlCH,13
H
p- (Kholin)

Lesitin

Kholin terdapat baik dalam tubuh manusia maupun dalam bahan makanan dalam jumlah relatif besar. Sampai jumlah terbatas tubuh dapat membuat kholin dari methionin, dibantu vitamin B12 dan asam folat. Kholin merupakan zat nutrisi esensial dalam arti bahwa grup methyl labil (CH3) kholin harus tersedia dalam pool metabolik.
Kebutuhan kholin dipengaruhi tidak hanya oleh jumlah methionin, asam folat, dan vitamin B12 dalam ransum, akan tetapi dipengaruhi pula oleh laju pertum¬buhan hewan, jumlah konsumsi energi dan pengeluaran, konsumsi lemak dan jenis lemak makanan. Pada hewan dewasa beberapa spesies yang diberi makanan cukup, sulit untuk menunjukkan kebutuhan kholin, sedangkan pada hewan muda, yang diberi ransum berkadar protein rendah, dapat menyebabkan defisiensi kholin parah.
Sebagai senyawa khemis murni, kholin adalah alkalin kuat dan bersifat higros¬n kopis serta relatif stabil dalam makanan. Beberapa pabrik makanan ternak me¬d nambahkan betain yang mempunyai aksi menghemat terhadap kholin. Gula bit dan melasse merupakan sumber betain.~

I. Biotin

Biotin larut dalam air, merupakan metabolik esensial bagi banyak spesies hewan termasuk manusia.

Biotin adalah bagian esensial sistem enzim khusus yang ada sangkut-pautnya dalam metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein. Reaksi-reaksi utama yang tergantung pada adanya biotin adalah karboksilase, yang terjadi
Biotin juga penting dalam kekebalan, merupakan aktivator lisozim, suatu enzim pelindung, pemusnah bakteri air mata, selaput lendir clan cairan tubuh lainnya.

Vitamin tersebut merupakan vitamin pertama yang ditemukan mempunyai an-tivitamin. Protein dalam putih telur yang disebut avidin, diketahui bergabung secara kimiawi dengan biotin dalam saluran pencernaan, membuat vitamin ter¬sebut tidak berguna bagi anak ayam atau anak kalkun. Dengan memasak atau memanaskan putih telur, avidin akan berubah sifatnya dan dengan demikian melenyapkan kemampuan khemisnya mengikat biotin.

Pada aneka ternak unggas clan pada hewan ternak lainnya, biotin adalah esensial untuk kehidupan, pertumbuhan, efisiensi ransum, pengelolaan jaringan epidermal (kulit, bulu, rambut, dan sebaginya), pertumbuhan tulang kaki normal, reproduksi terutama produksi telur clan daya tetas.

Gejala defisiensi biotin pada anak kalkun dan anak ayam adalah sama, yaitu: perosis, pertumbuhan lambat, dermatitis sekeliling paruh, telapak kaki dan kulit yang menutupi jari-jari kaki. Gejala-gejala tersebut berbeda dengan yang terlihat pada defisiensi asam pantothenat, yaitu bahwa dermatitis yang terbentuk se¬keliling jari-jari kaki dapat mengakibatkan hilangnya anggota tubuh. Kulit yang menutupi tulang kering kaki menjadi bersisik.

Sumber biotin adalah ragi dan tepung hati serta terdapat dalam semua tumbuh- ` tumbuhan dan hasil hewan. Telur kaya akan biotin. Dewasa ini dapat diperoleh : biotin secara sintetis.

Fungsi utama biotin adalah sebagai koenzim untuk reaksi-reaksi enzimatik dalam penambahan karbon dioksida guna memperpanjang rantai karbon. Proses = tersebut sering kali dinamakan fiksasi karbon dioksida dan merupakan reaksi
sangat penting dalam sintesis asam lemak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hubungan antara Variabel X dan Y dalam Meneliti

Berdasarkan fungsinya variabel dibagi atas tiga fungsi yakni variabel sebab dibedakan atas veriabel penghubung dan variable akibat. Hubungan antara variable X dan Y ada hubungannya melalui variabel penghubung. Semua yang dilakukan dalam perlakuan merupakan variabel bebas. Apakah faktor mempengaruhi variabel Y untuk beberapa variabel bebas dan bagaimana pengaruhnya terhadap independen atau variabel Y berpengaruh atau tidak. Terkait karena nilainya tergantung dari variabel X, besar kecilnya tergantung pada variabel Y. Variabel  penghubung tidak dapat diamati secara langsung tapi dapat bisa merasakan hasilnya yang telah diamati. Contohnya disertasi ibu Nirwana, ada variabel sumber daya fisik dan sumber daya manusia serta faktor budaya yang mempengaruhi keuangan, salah satu yang mempengaruhi seseorang untuk membayar adalah modal budaya orang bugis misalnya kejujuran, panutan usaha dan sebagainya. Unsur budaya lokal dalam mempengaruhi peternak dalam kemampuannya mengakses pem

Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Betina

Sapi betina tidak hanya memproduksi sel kelamin yang sangat penting untuk mengawali kehidupan turunan baru, tetapi ia menyediakan pula tempat beserta lingkungannya untuk perkembangan individu baru itu, dimulai dari waktu pembuahan ovum dan memeliharanya selama awal kehidupan. Tugas ini dilaksanakan oleh alat reproduksi primer dan sekunder. Alat reproduksi primer, yaitu ovaria memproduksi ovum dan hormon betina. Organ reproduksi sekunder yaitu terdiri atas tuba fallopi, uterus, cervix, vagina dan vulva. Fungsi alat-alat ini adalah menerima dan mempersatukan sel kelamin jantan dan betina, memelihara dan melahirkan individu baru. Seringkali kelenjar susu dihubungkan sebagai pelengkap alat kelamin, karena kelenjar ini berhubungan erat dengan reproduksi dan penting untuk memberi makan anaknya yang baru dilahirkan selama beberapa waktu.

PROSES RIGORMORTIS DAN KUALITAS DAGING

Otot semasa hidup ternak merupakan alat pergerakan tubuh yang tersusun atas unsur-unsur kimia C, H, dan O sehingga disebut sebagai energi kimia yang berfungsi sebagai energi mekanik (untuk pergerakan tubuh) ditandai dengan kemampuan berkontraksi dan berelaksasi Setelah ternak disembelih dan tidak ada lagi aliran darah dan respirasi maka otot sampai waktu tertentu tidak lagi berkontraksi. Atau dikatakan instalasi rigor mortis sudah terbentuk, ditandai dengan kekakuan otot (tidak ekstensibel).