Saya beserta rombongan studi banding program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin (Unhas) jurusan Ilmu dan Teknologi
Peternakan, segera mengemasi barang dan mengambil tas ransel di ruang
pengambilan barang. Selanjutnya kami menunggu jemputan, beberapa menit kemudian
bergegas menuju Bus Pariwisata, yang siap mengantar kami ke tempat yang telah
direncanakan.
Studi banding berlangsung selama dua hari,
didampingi oleh Prof Dr. Ir Sudirman Baco MSc sebagai Dekan Fakultas
Peternakan, Prof Dr Drh Ratmawati Malaka MSc, Prof Dr Ir Ambo Ako MSc, Prof Dr
Ir Asmuddin Natsir MSc, Dr Muhammad Yusuf SPt Ph D, Serta Ir Hastang Msc. Sebanyak
23 Mahasiswa Program Pascasarjana dan ikut pula beberapa pegawai di Fakultas
Peternakan Unhas. Kegiatan ini berlangsung pada Kamis-Jumat (21-22/11) dengan
mengunjungi tiga tempat dihari yang berbeda.
Bus yang akan membawa kami terus melaju,
melewati beberapa tol di kota metropolitan tersebut. Tol salah satu cara untuk
menghindari kemacetan di kota-kota besar. Sampai di Bogor kami dihadapkan pada
jalan sempit, disamping kiri dan kanan berjejer rumah penduduk, sesekali
mendapatkan jalanan yang rusak. Berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh
teman-teman hendak dibawa kemana.
Selama empat jam perjalanan kami pun sampai
dan bergegas turun dari bus. Kesan pertama yakni menghirup aroma yang
menyengat, Kemudian memasuki pekarangan hingga disambut baik di perusahaan
tersebut. inilah kunjungan pertama kami, yakni PT Karya Anugrah Rumpin, Bogor.
Perusahaan tersebut merupakan perusahaan pertama yang digandeng Menteri
Riset dan Teknologi (Kemenristek)
yang memiliki laboratorium dengan teknologi IB, Sexing dan Embrio
Transfer di industri peternakan sapi. Berfungsi
untuk meneliti bibit-bibit sapi lokal yang ada di tanah air.
Kemenristek juga melakukan tinjauan peternakan untuk
kesiapan menggunakan teknologi hasil karya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) untuk meningkatkan produksi daging sapi. LIPI menjalin kerja sama dengan
PT KAR untuk mewujudkan program swasembada daging di Indonesia. Melalui
teknologi Inseminasi Buantan (IB), Sexing dan Embrio Transfer, diharapkan bisa meningkatkan produksi daging dan
susu di Indonesia.
PT KAR memiliki laboratorium pembibitan sapi
unggul yang pertama di Indonesia. Jadi jangan heran ketika berkunjung di PT KAR
mendapatkan berbagai jenis sapi lokal, sapi impor hasil persilangan, dan sapi-sapi
ini jarang didapatkan di Sulawesi Selatan. Dengan menggunakan teknologi IB, Sexing, dan transfer embrio menghasilkan
250 anak sapi setiap tahunnya. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1998 mengalami
perkembangan pesat. Awalnya hanya
memiliki dua ekor sapi hingga menjadi 3.000 sapi. perusahaan itu juga bergerak
dalam pengolahan pupuk kompos dan sapi perah.
Perencanaan, manajemen yang baik serta
pengetahuan yang mendukung disertai dengan usaha perusahaan ini berkembang
sampai sekarang. Berbagai jenis sapi impor dan hasil persilangan di perusahaan
tersebut, dari harga sapi mulai puluhan juta hingga ratusan juta rupiah.
Pukul 15.00 WIB kami melanjutkan perjalanan ke Bandung. Adapun kunjungan
kedua, Jumat (22/11) yakni koperasi peternakan sapi di Bandung Utara merupakan
peternakan sapi perah dan usaha susu di
Lembang. Kami disuguhkan dengan susu murni lembang dalam bentuk kemasan yang sudah
dipasteurisasi.
Tahun 2014 di
koperasi ini, populasi sapi perah mencapai 18.000 ekor, produksi susunya
meningkat hingga 132 ton per hari. Pemilik dan penggunaan
koperasi ini adalah anggota yang semuanya adalah para peternak sekaligus
pelanggannya. Layanan pinjaman uang diberikan kepada para anggota dan peternak
maksimal lima juta rupiah tanpa
memberikan bunga, kebijakan ini sudah berlangsung
selama delapan tahun.
Kesejahteraan
para peternak sangat diperhatikan, dengan pengadaan layanan antar sembako, karena peternak butuh beras untuk kelangsungan hidup.
Selain itu yang paling penting pelayanan
kesehatan ternak. Koperasi ini juga memberikan pendidikan dan pelatihan
penyuluhan karena bekerja sama dengan orang banyak tidak gampang jadi harus
menyamakan presepsi lewat pendidikn dan pelatihan. Semua itu berkat bantuan
yang diberikan oleh pemerintah Belanda sebanyak 70 milyar rupiah. Menerapkan
program energy terbaru yakni membangun sekitar 1000 biogas rumah.
Kunjungan
ketiga yakni di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang,
pertama di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1976 yang memproduksi semen beku
ternak sapi perah dan sapi potong dalam rangka memenuhi kebutuhan pelaksanaan
Inseminasi Buatan di Indonesia agar tidak tergantung pada semen beku impor.Pengalaman,
guru yang paling berharga. Kita harus punya pengetahuan peternakan untuk
pengembangan peternakan di Indonesia. banyak belajar dan berpikir, langkah kita
sebagai peternak mulai dari mengawal ternak itu, dari
pagi sampai malam, mulai dari makan hingga mengeluarkan kotoran. Indikator
keberhasilan dan kesuksesan dalam berbisnis sangat diharapkan oleh banyak pihak.
Oleh karena itu, sebelum mendapat teori dikelas, mahasiswa seharusnya
diperkenalkan seperti apa seorang peternak di lapangan, bagaimana memperkenalkan
sebenarnya peternak itu.
NB: Tulisan Ini Pernah Dimuat di Koran Kampus Identitas Unhas
Hardianti
Mahasiswa
Program Pascasarjana Unhas
Ilmu
dan Teknologi Peternakan
Adakah kontak yg bisa do hubungi buat kegiatan stuban
BalasHapus