Pada ternak
Ruminansia, dalam memproses makanan memiliki dua fase. fase Pertama
saat makanan tersebut masuk ke mulut. Makanan tersebut tidak dikunyah hingga
halus, namun terus ditelan. fase kedua dalam selang beberapa waktu makanan
tersebut dikeluarkan kembali ke mulut untuk dikunyah sampai halus. Ruminansia
mempunyai mikroorganisme di dalam reticulum yang mensekresikan enzim-enzim
sehingga dapat mencerna makanan yang masuk (Gill, J.L., 1978).
Karbohidrat
merupakan komponen utama dalam ransum ternak ruminansia. Jumlahnya mencapai 60
-75 persen dari total bahan kering ransum. Dalam makanan kasar, sebagian besar
karbohidrat terdapat dalam bentuk selulosa dan hemiselulosa, sedangkan dalam
konsentrat umumnya karbohidrat terdapat dalam bentuk pati. Karbohidrat merupakan
sumber energi utama untuk pertumbuhan mikroba rumen dan ternak induk semang.
Perombakan karbohidrat struktural
(selulosa dan hemiselulosa) oleh bakteri sebagian besar menghasilkan asam
asetat. Bakteri pendegradasi karbohidrat struktural ini sensitif terhadap
kandungan lemak dan tingkat keasaman dalam rumen. Bahan pakan dengan kandungan
lemak yang tinggi atau kondisi rumen yang terlalu asam dapat menekan
pertumbuhan atau membunuh bakteri pendegradasi selulosa. Kondisi ini dapat
menurunkan kecernaan dan konsumsi pakan oleh ternak. Karbohidrat struktural
yang keluar dari rumen kecil kemungkinan dapat dipecah dalam saluran pencernaan
selanjutnya.
Bakteri yang mencerna bahan pakan
berpati (biji-bijian) berbeda dengan bakteri pendegradasi selulosa. Bakteri ini
tidak sensitif terhadap tingkat keasaman dan produk akhir fermentasi terutama
berupa asam propionat. Pati difermentasi dengan cepat, asam asetat dan
propionat yang dihasilkan menyebabkan keasaman dalam rumen meningkat. Kondisi
rumen yang asam dapat menekan pertumbuhan bakteri pendegradasi selulosa yang
dapat menurunkan kandungan lemak susu pada sapi perah (Leng,
R.A. 1992).
Komentar
Posting Komentar