Langsung ke konten utama

Pencernaan dan Metabolisme Protein dalam Rumen

Protein pakan di dalam rumen akan mengalami hidrolisis menjadi asam amino dan oligopeptida. Selanjutnya asam amino mengalami katabolisme lebih lanjut dan menghasilkan amonia, VFA, dan CO2.
Pada dasarnya, sebagian protein yang masuk ke dalam rumen akan mengalami degradasi oleh enzim proteolitik yang diproduksi oleh mikroorganisme rumen, enzim protease bakteri rumen selalu melengket pada sel, namun berada pada bagian permukaan sel, sehingga menyebabkan terjadi kontak langsung dengan substrat. Proses proteolitik dan deaminasi asam amino menghasilkan amonia dan tidak ada kontrol metabolik. Sehingga degradasi protein dan deaminasi terhadap asam amino akan terus berlangsung, kendatipun telah terjadi akumulasi amonia yang cukup tinggi di dalam rumen (Steel, G.G.D. and Torrie, J.H. 1981).
Produksi fermentasi berupa VFA dan NH3 erat kaitannya dengan sintesis protein mikroba rumen yang kemudian akan tersalurkan ke pasca rumen dan menjadi sumber asam amino bagi ternak induk semangnya dan sekitar 75% VFA diserap ternak dan dipakai sebagai suber energi utama. Sebagian mikroba dapat memanfaatkan oligopolisakarida untuk membuat protein tubuhnya, namun sebagian lagi oligopolisakarida tersebut dihidrolisa lebih lanjut menjadi asam amino. Lebih kurang 82% mikroba rumen dapat menggunakan nitrogen amonia. Karena itu, mikroba lebih suka merombak asam amino menjadi ammonia (Suwandyastuti, S.N.O., Subardjo, B., Efka, A.R. dan Prayitno, 1997).
Proses deaminasi asam amino menjadi asam keto Alfa dan amonia berlangsung lebih cepat dalam proteolisis. Karena itu setiap saat kadar asam amino bebas dalam rumen selalu rendah. Penggunaan NPN sebagai sumber nitrogen untuk sintesis protein protein mikroba rumen akan efektif, jika keadaan ransum rendah kandungan protein dan cukup tersedia energi serta mineral. Amonia yang dibebaskan didalam rumen selama proses fermentasi dalam bentuk ion NH4 maupun dalam bentuk tak terion sebagai NH3. Apabila amonia dibebaskan dengan cepat, maka amonia diabsrobsi melalui dinding rumen dan sangat sedikit yang dipakai oleh bakteri (Steel, G.G.D. and Torrie, J.H. 1981).
Sumber lain amonia dalam rumen adalah melalui hidrolisa urea yang dapat berasal dari saliva atau makanan. Amonia yang lepas dari reticulo-rumen tidak dapat disintesis kembali menjadi protein di dalam bagian posterior saluran pencernaan. Produk akhir fermentasi protein akan digunakan untuk pertumbuhan mikroba itu sendiri dan digunakan untuk mensintesis protein sel mikroba rumen sebagai pasokan utama protein bagi ternak ruminansia. Sekita 47% sampai 71% dari nitrogen yang ada di dalam rumen berada dalam bentuk protein mikroba (Suwandyastuti, S.N.O., 1996).




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pencernaan dan Metabolisme Karbohidrat Pada Ternak Ruminansia

Pada ternak Ruminansia, dalam memproses makanan memiliki  dua fase. fase Pertama saat makanan tersebut masuk ke mulut. Makanan tersebut tidak dikunyah hingga halus, namun terus ditelan. fase kedua dalam selang beberapa waktu makanan tersebut dikeluarkan kembali ke mulut untuk dikunyah sampai halus. Ruminansia mempunyai mikroorganisme di dalam reticulum yang mensekresikan enzim-enzim sehingga dapat mencerna makanan yang masuk ( Gill, J.L., 1978) . Karbohidrat merupakan komponen utama dalam ransum ternak ruminansia. Jumlahnya mencapai 60 -75 persen dari total bahan kering ransum. Dalam makanan kasar, sebagian besar karbohidrat terdapat dalam bentuk selulosa dan hemiselulosa, sedangkan dalam konsentrat umumnya karbohidrat terdapat dalam bentuk pati. Karbohidrat merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan mikroba rumen dan ternak induk semang. Perombakan karbohidrat struktural (selulosa dan hemiselulosa) oleh bakteri sebagian besar menghasilkan asam asetat. Bakteri pendeg...

PROSES RIGORMORTIS DAN KUALITAS DAGING

Otot semasa hidup ternak merupakan alat pergerakan tubuh yang tersusun atas unsur-unsur kimia C, H, dan O sehingga disebut sebagai energi kimia yang berfungsi sebagai energi mekanik (untuk pergerakan tubuh) ditandai dengan kemampuan berkontraksi dan berelaksasi Setelah ternak disembelih dan tidak ada lagi aliran darah dan respirasi maka otot sampai waktu tertentu tidak lagi berkontraksi. Atau dikatakan instalasi rigor mortis sudah terbentuk, ditandai dengan kekakuan otot (tidak ekstensibel).

Hubungan antara Variabel X dan Y dalam Meneliti

Berdasarkan fungsinya variabel dibagi atas tiga fungsi yakni variabel sebab dibedakan atas veriabel penghubung dan variable akibat. Hubungan antara variable X dan Y ada hubungannya melalui variabel penghubung. Semua yang dilakukan dalam perlakuan merupakan variabel bebas. Apakah faktor mempengaruhi variabel Y untuk beberapa variabel bebas dan bagaimana pengaruhnya terhadap independen atau variabel Y berpengaruh atau tidak. Terkait karena nilainya tergantung dari variabel X, besar kecilnya tergantung pada variabel Y. Variabel  penghubung tidak dapat diamati secara langsung tapi dapat bisa merasakan hasilnya yang telah diamati. Contohnya disertasi ibu Nirwana, ada variabel sumber daya fisik dan sumber daya manusia serta faktor budaya yang mempengaruhi keuangan, salah satu yang mempengaruhi seseorang untuk membayar adalah modal budaya orang bugis misalnya kejujuran, panutan usaha dan sebagainya. Unsur budaya lokal dalam mempengaruhi peternak dalam kemampuannya mengakses...