Langsung ke konten utama

Sidenreng Rappang Menanti

Pukul  05.00 Wita, saya harus mempersiapkan diri untuk perjalanan menuju ke Sidenreng Rappang (Sidrap). Minggu, tepatnya 9 Februari 2014 salah satu teman  akan melangsungkan pernikahan di kabupaten tersebut yang terletak di Sulawesi Selatan. Tercatat jelas diundangan pernikahannya, Endi Sucipto dan Hasmilah akan melangsungkan akad nikah pukul 10.00 Wita yang bertempat di Jalan Poros Kulo Anrelli Kec. Kulo.  

Sebelumnya ada instruksi dari group Rumput di facebook, tapi saya tidak perhatikan status di group tersebut. Rumput adalah nama angkatan 2007 jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Sebenarnya saya bimbang antara mau berangkat atau mengabaikan saja undangannya. Lalu memperjelas kembali kapan mereka akan menuju ke Sidrap dan kembali ke Makassar. Setelah semua jelas, saya memutuskan untuk ikut dengan mereka.

Suasana Pagi di Area Animal Husbandry

Sejenak saya berdiri di jendela kamar tempat saya ngekos. Tiba-tiba ada pesan masuk menanyakan saya lagi dimana. Kemudian menjawab,"saya lagi menunggu kalian, kalau sudah ada di tempat saya menuju kesana mi. Karena dekat ji tempat tinggalku ke lab. THT."

Saya memperhatikan cuaca di luar, ternyata mendung. Semua juga tahu pasti akan turun hujan. Musim hujan tiba, seakan seperti jailangkung datang tak diundang tiba-tiba saja langsung deras, dan berhenti begitu saja. Saya harus segera pergi. Pukul 06.30 Wita kami sudah harus berkumpul di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak (THT) Unhas. 

Lewat dari jadwal yang ditentukan, saya beranjak dari tempatku. Mengambil tas, memakai sepatu lalu pergi tanpa harus pamitan. Di luar rumah pondokanku, begitu banyak motor yang berjejeran. sekitar 20 kali saya melangkahkan kaki, saya kemudian melewati pagar dan pandanganku langsung tertuju di kandang peternakan Unhas. 

Pagi yang indah, keseharianku disini selalu disambut dengan sapi-sapi. Ketika saya berangkat kerja dan kemanapun saya akan pergi, begitu pula sebaliknya. Semester 5 di kampus saya sudah tinggal disini. tapi saya tidak bosan dengan suasananya. Melewati padang pengembalaan rumput peternakan, melewati pepohonan dan puluhan ekor sapi, juga jalanan yang berbentuk persegi panjang. Belum lagi pelangi tiba-tiba muncul. "Subehanallah banget." 

Perjalananku menuju Lab THT begitu dekat tapi berkesan karena harus melewati pemandangan yang indah. Ketika saya sampai disana, saya tidak menemukan temanku. Duduk di kursi panjang, tempat biasanya saya menunggu pak Dr. Wempie Pakiding, MSc pembimbing skripsiku. Tak lama kemudian keluarlah juniorku dan menyapanya serta menanyakan Arham Janwar. Kebetulan dia ada di ruang Laboratorium. Tapi saya memilih untuk duduk dikursi tersebut. Hidup lagi-lagi harus memilih. 

Tiga puluh menit sudah berlalu saya hanya ditemani telepon genggamku. sesekali saya melihat jam, ternyata satu jam telah berlalu. Sendiri menunggu, kebiasaan tidak on time. Tak lama kemudian datang Muhammad Irfan dengan mobil pic up, juga Abdullah Bin Hatta, Fadli Isra Saite serta Syahrul Mubarak alias Dandoenk dengan mobilnya. 

"Cuman empat orang dan semua laki-laki, mana teman cewekku?" jeritku dalam hati. Setelah bertemu dengan Arham, mengucapkannya selamat atas ujian mejanya yang akan diselenggarakan hari Selasa, 11 Februari 2014. Dengan berat hati dia tidak bisa ikut karena harus fokus belajar. Akhirnya kami berlima naik ke mobil dan segera menuju ke Sidrap. 

Rencana tidak Sesuai Harapan

Pukul 08.30 Wita kami meningalkan Makassar. Pukul 10.00 Wita Endi akan melangsungkan akad nikah. Ada beberapa teman yang rencana akan di jemput, dan menghubungi kembali kepada teman yang mau ikut ke Sidrap. Akhirnya Dimas Panji Pangestu akan di jemput di kab. Barru. Hasil akhir hanya enam orang yang akan ke Sidrap, selebihnya akan bertemu disana. 

Diperjalanan ada miskomunikasi antara Dullah dengan Dimas. Dari awal Irfan sudah mengingatkan, menyuruh Dullah untuk menyampaikan agar Dimas menunggu dipinggir jalan. Barru semakin mendekat, Dullah pun sibuk dengan handphonenya. 

Tibalah kita di Barru, Dullah memberikan Instruksi bahwa Dimas akan dijemput di rumahnya, sambil menunjukkan jalan dan menyampaikan semua tanda-tanda dan mempertegas lagi bahwa rumahnya dekat. Apa yang dikatakan Dullah tidak benar. Kata Dullah, hanya 5 km dari jalan poros ke rumah Dimas.

Sekitar 17 km dari jalan poros Barru ke desa Tanete. Jalanan menuju kesanan masih dalam perbaikan, jadi membutuhkan waktu  yang lama. Meski demikian, saya terobati pemandangannya yang indah. Dipinggir jalan ada sungai, karena warnanya yang hijau membuat mata ini betah memandangnya. Sesekali Seisi mobil mengomentari sungai tersebut. 

Sudah melewati sungai dan jembatan, rumahnya belum ditemukan. di sebelah kiri, kanan dan depan saya ada pegunungan, dan terhampar sawah yang luas. Akhirnya menemukan Dimas menunggu dipinggir jalan, menyuruh kami singgah sebentar di rumahnya. Menyantap segelas teh untuk saya dan segelas kopi untuk mereka ditemani gorengan. Tak lupa Bundanya menyediakan makanan yang sudah siapa di meja makan yaitu nasi dan kawanannya. Momen seperti ini tak mungkin terlupakan.

Kami tidak bisa berlama-lama, dan jamuan di rumah Dimas membuat kami lama. Jalanan yang rusak sehingga mobil tidak bisa melaju cepat. beribu maaf buat sahabat Endi, kami tidak bisa menyaksikan akad nikahmu.

Sidrap dengan Kejutannya

Ternyata bukan hanya kami berenam, Fatmawati jurusan Sosial Ekonomi Peternakan ikut juga, kami singgah mengambilnya di Sidrap karena rumahnya tak jauh dari resepsi pernikahan. Diperjalanan Fatma menjelaskan, untuk sampai ke tujuan akan melewati seratus tiga puluh (130) lubang disepanjang perjalanan. Tapi ini hanya lelucon saja.

Sampailah kami di Jl. Poros Kulo Anrelli. Muhammad Irwan dari jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak serta saudara kita Mawardi Rahman sudah menunggu di pinggir jalan. Mereka lalu memberikan arahan, mempersilahkan kami untuk mengganti pakaian di Masjid.

Semua tanpak rapi dengan baju batik serta kemejanya. Berkumpul dengan Irwan dan Ardi lalu memasuki pesta. Kami disambut dengan goyangan saisar, di kejauahan kami melihat senyum bahagia Endi. Menghampiri mempelai dengan mengucapkan selamat menempuh hidup baru. Menyantap menu yang tersaji di meja, dan yang paling penting adalah mengabadikan momen dengan kedua mempelai. Setelah puas foto bersama, kami pun pamitan.

Kami tidak langsung balik ke Makassar, melainkan singgah di penjual durian. Terlihat Ardi dan Irwan  serta Irfan melakukan negosiasi dengan penjual durian. Setelah selesai negosiasi mereka kemudian mengambil dan membawa beberapa durian di pinggir jalan yang tidak jauh dari penjualnya. Traktiran dari Sidrap crew adalah durian. Sungguh berkesan.

Satu per satu durian dibelah, cantik dan sedikit menggoda. Perasaan saya tidak mau lagi mencicipi yang namanya durian. Tapi kenapa saya bisa memakannya? ketika saya sesak nafas saya berhenti dan tidak bisa melanjutkannya lagi. Fadli hanya bisa makan 3 biji sedangkan Dandoenk tidak menyentuhnya sama sekali. Berbeda dengan Dimas dengan Dullah yang doyan sekali makan durian.

Yang paling parah lagi muka Irfan sangat merah, Fatma juga doyan durian begitu pula Irwan, durian seperti sudah menjadi makanan pokoknya. Irwan makan durian sambil menceritakan pengalamannya bersama pak Prof  Dr Syamsuddin Hasan MSc memakan 16 durian yang utuh. Canda dan tawa menghiasi tempat itu, sampai mereka tidak bisa menghabisi dan memanggil temannya untuk membantu menghabiskan. Tapi masih ada yang sisa.

 Perjalanan yang Tidak Membosankan

Kami berangkat ke Makassar dengan membawa cerita yang berbeda dibenak masing-masing. Dengan apa yang dilihat, didengar dan dirasa. Meninggalkan Kulit durian yang berserakan di pinggir jalan, meninggalkan Endi dan Kabupaten Sidrap, meninggalkan kenangan di rumah Dimas.

Disepanjang perjalanan kami dihibur oleh penghuni mobil tidak lain dia adalah cowok yang tergabung dalam kru Rumput07 Unhas. Satu kalimat yang keluar dari mulut mereka, ada hasrat yang membuat diri ini tertawa. Suara ngakak teman-teman yang tidak pernah berakhir, kecuali dia sedang tertidur.Suara canda dan tawa menghiasi mobil tersebut, tanpa mengenal lelah. Ada saja yang membuat kami tertawa. Sumpah, barusan lagi saya seperti ini tertawa tiada henti, sampai gigi saya  mengering.

Perjalanan yang sungguh mengesankan. Makasih ya semua.






















        

Komentar

Postingan populer dari blog ini

C L O N I N G I

Prof.Dr.Ir.Herry Sonjaya, DEA  Kenapa harus clone? Alasannya adalah untuk menghasilkan menghasilkan organism dengan kualitas yang diinginkan, hewan rekayasa genetik, Replacing lost or deceased family pets, repopulasi terancam punah atau bahkan spesies punah. METHOD OF SPERM MEDIATED GENE TRANSFER Ø   Interaksi gen eksogenous terjadi tidak secara acak. Ø    Dapat dikerjakan untuk semua jenis ternak yang  menggunakan sperm sebagai alat untuk    bereproduksi. Ø    Sangat sederhana. Reproductive human cloning will help: • Infertile couples: we have received many requests from  infertile couples who cannot have children even after years of infertility treatments. For those people cloning is the only way to have a child of their own genetic offspring. • Homosexuals: they cannot have a child today that is 100% related to them genetically but human cloning will provide this possibility for them. • Families who lost a beloved relative: human cloning can give life a

Peletakan Batu Pertama Kampus Institut Teknologi Pertanian di Takalar

Peletakan batu pertama pembangunan kampus Institut Teknologi Pertanian di Desa Tamasaju, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Jumat (19/3/2021). Institut Pertanian Bogor (IPB) resmi menjalin kerjasama dengan Institut Teknologi Pertanian (ITP) Yayasan Global Panrita Takalar. Kerjasama terjalin melalui nota kesepahaman antara Rektor IPB Prof. Dr. Arif Satria, dengan Rektor ITP Dr. Hj. Irma Andriani, tentang pendidikan, pelatihan, dan pengabdian kepada masyarakat. Penandatanganan ini dilaksanakan di sela-sela kunjungan Rektor IPB ke Takalar untuk memberikan kuliah umum sekaligus peletakan batu pertama pembangunan kampus ITP. Dr. Irma Andriani berharap, di bawah bimbingan IPB, di masa depan ITP dapat menjadi kampus yang cepat maju dan berkembang. "Universitas terbaik di Asia Tenggara, hari ini mengunjungi kita dan ingin membina ITP. Apresiasi yang sebesar-besarnya atas atensi pak Rektor dan seluruh jajaran yang bersedia membimbing ITP yang notabenenya merup

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP LISENSI HAK CIPTA DI BIDANG MUSIK DAN LAGU DI INDONESIA

Sejak lama pembajakan terhadap musik dan lagu telah menjadi fenomena sosial di Indonesia. Pembajakan lagu dilakukan dengan menggunakan berbagai media, seperti kaset, CD (Compaq Disk), VCD (Video Compaq Disk), dan lain-lain. Dengan adanya pembajakan ini kaset-kaset, CD, dan VCD bajakan membanjiri pasaran dengan harga yang jauh lebih murah daripada harga kaset, CD, dan VCD aslinya. Hal ini dapat terjadi karena kaset, CD, dan VCD bajakan itu hanya diproduksi tanpa membayar pajak, sehingga harga jualnya dapat jauh lebih murah. Di lain pihak, konsumen musik dan lagu di Indonesia tentu saja lebih menyukai membeli kaset, CD, dan VCD bajakan itu karena kualitasnya lebih kurang sama dengan yang asli sedangkan harganya jauh lebih murah.