Langsung ke konten utama

Oktober, Tawuran Lagi di Kampus Merah Tercinta

Tawuran di Makassar kalangan intelek (Mahasiswa, Red) sudah tidak  asing lagi terdengar di telingaku. Ketika masih duduk dibangku sekolah, banyak pemberitaan di media televisi yang menayangkan hal tersebut. Bahkan saya menyaksikan sendiri ketika masih mahasiswa. Pertama kali saya menyaksikan dengan mata telanjang pada saat semester satu di kampus Universitas Hasanuddin (Unhas).

Masih teringat ketika saya mau berkunjung di perpustakaan Pusat Unhas, tepatnya pertengahan tahun 2007. Pada waktu itu saya tidak menyadari ternyata akan ada bentrok. Tetapi saya dengan teman-teman dengan santainya melewati para kerumunan tersebut. Al hasil sesampainya di dalam perpustakaan pusat, para intelek tersebut saling melempar batu dari kubu satu dengan kubu yang lainnya.

Dengan senang hati kami menghentikan aktifitas belajar di perpustakaan tersebut, kemudian melanjutkan untuk menonton aksi mereka. Pikirku, ini hanya seru-seruan mahasiswa saja. Banyak hal yang memicu tawuran tersebut, dan menurutku itu sangat tidak masuk akal untuk timbulnya suatu cekcok antara dua kubu tersebut.

Dari pertama jadi mahasiswa sampai sekarang, ternyata tawuran ini sudah menjadi rutinitas tiap tahun bagi mahasiswa Unhas. Apakah yang menjadi penyebabnya? Bentrok antara fakultas bahkan bentrok antara jurusan juga. Misalnya Tawuran antara Fakultas teknik Unhas VS Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Sospol) Unhas, Tawuran antara Agrokompleks (Fakultas peternakan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Fakultas Kehutanan) VS fakultas Teknik Unhas. Tawuran sering juga terjadi antara Jurusan Perikanan VS jurusan Kelautan. Yang menjadi musuh adalah Fakultas teknik Unhas.

Banyak isu yang beredar awal dari perkelahian, mereka tidak memikirkan apakah itu benar atau tidak? misalkan saja ada segerombolan cewek  Mahasiswa Baru (Maba) dari Fakultas Teknik Unhas yang berniat untuk menjual sesuatu di salah seorang anak Fakultas Peternakan Unhas. Merekapun berdialog ala pembeli dengan penjual. Akan tetapi dari dialog tersebut, pembeli tersebut ada yang menanyakan kepada penjualnya “berapa hargamu?” Pertanyaan itu akhirnya memicu kontroversi antara senior mereka. Inilah salah satu contoh pemicunya.

Tepatnya tanggal 15-16 November 2011, Tawuran terjadi antara dua kubu Fakultas teknik melawan Fakultas sospol dengan agro-kompleks. Para mahasiswa ini tidak mengenal waktu tawuran, malam dan siang sama saja. Semua area dikuasai hanya untuk melakukan ritual melempar batu, merusak fasilitas kampus, mengumpulkan motor kemudian membakarnya, membakar laboratorium, bahkan membakar sekretariat pecinta alam Fakultas Kehutanan (Silva Unhas) dan banyak lagi hal yang bisa dilakukan.

Hari kedua  di sekitar Agro-Komplek antara gedung Fakultas Teknik dan Gedung Fakultas peternakan dan Pertanian, Wakil Rektor III Nasaruddin Salam MT terkena lemparan batu di keningnya sampai dia dilarikan ke rumah sakit wahidin. Berjam-jam saya mulai lelah dengan menonton pertunjukan tersebut, dan mulai berinisiatif meninggalkan Unhas untuk keluar dari sona nyaman. Berusaha untuk lolos dan mulai menelusuri jalanan, tidak ada tempat untuk keluar dari area itu, manusia dan hujan batu dimana-mana. Sampai di perpustakaan pusat terjadi aksi brutal, mereka saling menyakiti, apakah mereka mengetahui yang mana lawan dan mana kawan. Entahlah?
 Hanya ada satu tempat yang aman yaitu fakultas kedokteran, banyak teman-teman yang luka dan mereka melakuakan pengobatan di Fakultas kedokteran ini, tanpa membedakana jenis Fakultasnya.  Dan sayapun duduk istirahat disitu sambil menunggu situasi agak membaik. Saya duduk sejenak sambil mengingat-ingat tragedy yang terjadi didepan mata. Di tengah khayalanku, Saya mulai sadar  ternyata  diriku  hampir kena lemparan mereka juga, karena histeris melihat salah satu dari mereka di tendang, diinjak, dipukuli batu oleh amukan massa.

Terdengar kabar banyak wartawan yang dirampas kameranya  dan ada indikasi para amukan massa tersebut tidak senang kalau ada wartawan yang meliput aksi tersebut, tapi para jurnalis  bisa melindungi dirinya dan barang bawaannya, meskipun terlanjur dapat pukulan.  Apapun yang terjadi harus ada berita yang didapatkan, pantang buat wartawan pulang tanpa berita.   

 Pihak kepolisian baru berdatangan ketika para intelek sudah mulai lelah, dan alhasil kedatangan mereka bisa meredakan tawuran tersebut dengan menembakkan satu dua kali pistolnya dengan mengarahkan ke langit. “Aneh memang ini para aparat Negara, baru datang ketika aksi lama berlansung”, Pikirku.

Malam hari, polisi berjaga-jaga dan melakukan rasia. Semua tempat dirasia polisi baik itu himpunan, unit kegiatan mahasiswa, bahkan saya sempat melihat polisi dengan mahasiswa berkejar-kejaran sekitar pepohonan area teknik pas dipinggir jalan jalur pete-pete tepatnya dekat workshop (tempat anak-anak makan kalau lagi lapar).

Paginya terdengar kabar, banyak mahasiswa yang tetangkap basah karena kedapatan memegang badik atau parang (malam hari, Red). Salah satu korbannya adalah temanku, kebetulan satu angkatanku tapi beda jurusan di Fakultas peternakan. Sanksi terberatnya adalah Droup Out dari Unhas. Dia tidak bisa tertolong lagi dan akhirnya harus pindah kuliah di kampus lain.

 Karena Rektor Unhas harus juga mengambil keputusan yang tegas, meskipun Dekan dari Fapet dan pihak lembaga melakukan berbagai cara agar anak ini jangan sampai di DO.  Nasib berkata lain, dan mengucapkan selamat tinggal untuk Unhas.

Ada yang mengatakan, pemicu dari tawuran ini adalah Fakultas teknik, sehingga fakultas ini berhasil dipindahkan ke Gowa. Tapi tetap saja ada tawuran di hari Rabu (2/10/2013). Entah apa yang menjadi pemicunya dan saya tidak berada di tempat kejadian perkara, jadi tidak bisa menjelaskan kronologi kejadiannya. Entah tahun berikutnya, akankah terulang lagi tawuran seperti ini? Semoga tahun 2014 Unhas aman dari pemberitaan tawuran para intelek.

(Hardianti)





Komentar

Postingan populer dari blog ini

C L O N I N G I

Prof.Dr.Ir.Herry Sonjaya, DEA  Kenapa harus clone? Alasannya adalah untuk menghasilkan menghasilkan organism dengan kualitas yang diinginkan, hewan rekayasa genetik, Replacing lost or deceased family pets, repopulasi terancam punah atau bahkan spesies punah. METHOD OF SPERM MEDIATED GENE TRANSFER Ø   Interaksi gen eksogenous terjadi tidak secara acak. Ø    Dapat dikerjakan untuk semua jenis ternak yang  menggunakan sperm sebagai alat untuk    bereproduksi. Ø    Sangat sederhana. Reproductive human cloning will help: • Infertile couples: we have received many requests from  infertile couples who cannot have children even after years of infertility treatments. For those people cloning is the only way to have a child of their own genetic offspring. • Homosexuals: they cannot have a child today that is 100% related to them genetically but human cloning will provide this possibility for them. • Families who lost a beloved relative: human cloning can give life a

Peletakan Batu Pertama Kampus Institut Teknologi Pertanian di Takalar

Peletakan batu pertama pembangunan kampus Institut Teknologi Pertanian di Desa Tamasaju, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Jumat (19/3/2021). Institut Pertanian Bogor (IPB) resmi menjalin kerjasama dengan Institut Teknologi Pertanian (ITP) Yayasan Global Panrita Takalar. Kerjasama terjalin melalui nota kesepahaman antara Rektor IPB Prof. Dr. Arif Satria, dengan Rektor ITP Dr. Hj. Irma Andriani, tentang pendidikan, pelatihan, dan pengabdian kepada masyarakat. Penandatanganan ini dilaksanakan di sela-sela kunjungan Rektor IPB ke Takalar untuk memberikan kuliah umum sekaligus peletakan batu pertama pembangunan kampus ITP. Dr. Irma Andriani berharap, di bawah bimbingan IPB, di masa depan ITP dapat menjadi kampus yang cepat maju dan berkembang. "Universitas terbaik di Asia Tenggara, hari ini mengunjungi kita dan ingin membina ITP. Apresiasi yang sebesar-besarnya atas atensi pak Rektor dan seluruh jajaran yang bersedia membimbing ITP yang notabenenya merup

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP LISENSI HAK CIPTA DI BIDANG MUSIK DAN LAGU DI INDONESIA

Sejak lama pembajakan terhadap musik dan lagu telah menjadi fenomena sosial di Indonesia. Pembajakan lagu dilakukan dengan menggunakan berbagai media, seperti kaset, CD (Compaq Disk), VCD (Video Compaq Disk), dan lain-lain. Dengan adanya pembajakan ini kaset-kaset, CD, dan VCD bajakan membanjiri pasaran dengan harga yang jauh lebih murah daripada harga kaset, CD, dan VCD aslinya. Hal ini dapat terjadi karena kaset, CD, dan VCD bajakan itu hanya diproduksi tanpa membayar pajak, sehingga harga jualnya dapat jauh lebih murah. Di lain pihak, konsumen musik dan lagu di Indonesia tentu saja lebih menyukai membeli kaset, CD, dan VCD bajakan itu karena kualitasnya lebih kurang sama dengan yang asli sedangkan harganya jauh lebih murah.