Langsung ke konten utama

Sejarah Penetasan


Forced Natural Incubation (Penetasan secara alami yang dipaksakan). Kegiatan ini menggunakan ayam, bebek dan kalkun.
·         Tahun 1813, Bose melaporkan cara “Mademoisella Portebois” dengan menggunakan induk ayam atau bebek yang ditempatkan di dalam box dan di tutup.
·         Tahun 1867, Geyelin dari Perancis. Cara yang dilakukan hampir sama dengan Bose, digunakan induk kalkun. Sebelumnya dibuat semacam bentuk telur yang di lapisi dengan bahan keras. Setelah 24 jam, kemudian diganti dengan telur sebenarnya kira-kira 24 butir dan setiap saat diberi makan secara paksa, setelah menetas diganti dengan telur baru dan digunakan selama 3-6 bulan.
   Living Hatching Machine (Pengeraman dengan Mesin Tetas Tertentu)
·         2465 M, di Tiongkok. Pengeraman menggunakan sumber pemanas batu bara, pengontrolan temperature dengan sentuhan secara pengalaman. Juga di Mesir, menggunakan panas api untuk memanaskan kamar dimana telur dieramkan dengan kapasitas 90 ribu.
·         1750, oleh Reamur mengembangkan pengeraman telur menggunakan kotoran kuda.
·         1770, John Champion, dari Inggris dengan menggunakan udara panas yang dialirkan pada telur yang dieramkan.
·         1777, Bonneman, ahli fisika di Perancis, membuat mesin penetas semacam oven yang dipanaskan dengan air panas.
·         1844, mesin penetas buatan pertama di Amerika dengan menggunakan air yang dipanaskan dengan batu bara.
·         1895, Charles A ciphers di Amerika, membuat mesin penetas ukuran besar disebut “Mammoth Incubator” yang pertama untuk telur bebek dengan kapasitas 20.000 butir.
·         1918, Dr. S. B. Smith di Amerika Serikat membuat mesin tetas tipe “Forced Draft Incubator” pertama.
·         1923, Petersine Incubator Company, memperkenalkan mesin tetas tipe “Forced Draft Incubator” menggunakan tangga listrik.
·         Sekarang ini bermunculan beberapa macam bentuk mesin penetas.




















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pencernaan dan Metabolisme Karbohidrat Pada Ternak Ruminansia

Pada ternak Ruminansia, dalam memproses makanan memiliki  dua fase. fase Pertama saat makanan tersebut masuk ke mulut. Makanan tersebut tidak dikunyah hingga halus, namun terus ditelan. fase kedua dalam selang beberapa waktu makanan tersebut dikeluarkan kembali ke mulut untuk dikunyah sampai halus. Ruminansia mempunyai mikroorganisme di dalam reticulum yang mensekresikan enzim-enzim sehingga dapat mencerna makanan yang masuk ( Gill, J.L., 1978) . Karbohidrat merupakan komponen utama dalam ransum ternak ruminansia. Jumlahnya mencapai 60 -75 persen dari total bahan kering ransum. Dalam makanan kasar, sebagian besar karbohidrat terdapat dalam bentuk selulosa dan hemiselulosa, sedangkan dalam konsentrat umumnya karbohidrat terdapat dalam bentuk pati. Karbohidrat merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan mikroba rumen dan ternak induk semang. Perombakan karbohidrat struktural (selulosa dan hemiselulosa) oleh bakteri sebagian besar menghasilkan asam asetat. Bakteri pendeg...

PROSES RIGORMORTIS DAN KUALITAS DAGING

Otot semasa hidup ternak merupakan alat pergerakan tubuh yang tersusun atas unsur-unsur kimia C, H, dan O sehingga disebut sebagai energi kimia yang berfungsi sebagai energi mekanik (untuk pergerakan tubuh) ditandai dengan kemampuan berkontraksi dan berelaksasi Setelah ternak disembelih dan tidak ada lagi aliran darah dan respirasi maka otot sampai waktu tertentu tidak lagi berkontraksi. Atau dikatakan instalasi rigor mortis sudah terbentuk, ditandai dengan kekakuan otot (tidak ekstensibel).

Manfaat Temulawak dan Kunyit pada Ayam Ras Petelur

Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktifitas telurnya melebihi dari produktifitas ayam lainnya. Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan oleh sifat genetis ayam, manajemen pemeliharaan, makanan dan kondisi pasar (Amrullah, 2003). Untuk memperbaiki kondisi saluran pencernaan ayam ras petelur diperlukan pakan yang baik serta perlu adanya penambahan tanaman herbal misalnya temulawak dan kunyit sebagai “feed supplement” atau “feed additive”. Tanaman ini dapat diberikan melalui air minum atau dalam bentuk tepung yang dicampur ke dalam ransum. Selain itu, ternak unggas yang diberi ramuan tanaman obat akan meningkatkan daya tahan tubuh (kesehatan) ternak unggas, produktivitas, efisiensi pakan, kualitas karkas daging ayam lebih baik (perlemakan abdomen berkurang), aroma daging dan telur tidak amis, serta kotoran ternak tidak berbau (ammonia) yang menyengat (Winanrno, 2003) Penggunaan tumbuh-tumbuhan se...