Makassar merupakan kota besar yang ada di Indonesia dengan luas 175,77 km2 dan penduduk kurang lebih 1,25 juta jiwa. Makassar, akhir 2009 hingga akhir 2010 jumlah anak jalanan biasa disebut dengan anjal meningkat dari 500 orang menjadi 1000 orang.
Dengan jumlah yang sangat banyak, menanganinya pun tidak sesederhana yang kita bayangkan. Walau terkadang banyak yang menganggap bahwa, keberadaan mereka dibeberapa sudut jalan di Makassar, memberikan dampak negatif baik bagi masyarakat maupun bagi keteraturan dan keindahan kota.
Setiap harinya berita tentang anjal seolah-olah tidak ada hentinya. Sering kali kita melihat dengan mata telanjang, banyak anak yang mengabiskan sebagian waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dijalan baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran dijalan dan tempat umum. Derita dan penyiksaan yang mereka alami sering muncul dalam berita. Anjal di bawah umur kebanyakan diperas, ditindas dan dipaksa untuk bekerja oleh para preman dan hasil kerja yang mereka peroleh dipaksa untuk disetorkan kepada preman tesebut.
Anjal harus berjuang ditengah-tengah kota yang kejam untuk mendapatkan sejumlah uang agar mereka bisa bertahan hidup dan tidak kelaparan. Pekerjaan yang mereka kerjakan misalnya menjual rokok, membersihkan bus umum, penjaja koran, atau juga mengamen.Keadaan ekonomi yang memaksa mereka harus bekerja, dan pekerjaan yang bisa mereka lakukan untuk seusia mereka adalah pekerjaan di sektor informal.
Banyak pengamen, dari balita sampai remaja bahkan yang sudah tua. Banyak juga kita jumpai sebagai tukang bersih kaca mobil. Mereka lakukan untuk memperjuangkan hidup, dengan melupakan bahaya yang mengancam keselamatan.
Kebanyakan kita menemukan anjal di kota-kota negara berkembang. Secara global, sekitar 100 juta anjal di seluruh dunia. Kebanyakan kegiatan mereka seperti menyemir sepatu, menjual koran, mencuci kendaraan, menjadi pemulung barang-barang bekas. Sebagian lagi mengemis, mengamen, dan bahkan ada yang mencuri, mencopet atau terlibat perdagangan seks.
Melihat dampak atas permasalahan tersebut, tentu perlu mendapatkan perhatian serius dari para stakeholders pembuat keputusan, serta para instansi ataupun lembaga terkait yang menangani permasalahan sosial ini. Tapi tak hanya menunggu campur tangan pemerintah, setiap bagian dari negara bisa ikut berkontribusi dalam penyelesaian masalah ini, tak terkecuali anak muda.
Anak muda pun bisa ikut membantu dalam mencari problem solving dari masalah ini. Namun tak banyak anak muda yang ikut prihatin dengan keadaan anjal. Salah satunya adalah kawan bernama Nur Fajri Arifin. Saya salut melihat pergerakannya, yang telah berhasil membuat suatu Komunitas Pecinta Anak Jalanan (KPAJ) Makassar. Berawal dari grup di Facebook, Fajri berhasil membentuk suatu komunitas ini sejak tahun 2010 lalu. Dia menjerit dalam hati ketika lewat di depan pintu satu Universitas Hasanuddin (Unhas). Itulah yang membuat Fajri tergerak hatinya dan memikirkan untuk berbuat sesuatu bagi anjal.
Ketika yang dilakukan oleh pemerintah adalah melakukan pembinaan kepada anjal tersebut. Dibawah naungan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008, pembinaan anak jalanan, gelandangan, pengemis dan pengamen mulai diterapkan.
Berbeda dengan kawan-kawan yang bergelut di KPAJ ini, dengan mengumpulkan anak-anak jalanan untuk ikut sekolah ahad di pinggir danau Unhas Gedung Ipteks, sekira kurang lebih 20 anak yang mengikuti. Berbagai cara yang dilakukan dalam bergaul dengan anak jalanan ini, sebelum mengajak mereka bergabung untuk belajar bersama. Volunteer adalah mahasiswa dan siapa saja yang bersedia dan mensosialisasikannya di grup FB.
Menurutnya, komunitas anjal ini belum berhasil, jika masih ada anak jalanan yang ada dijalan. Dan dengan cara inilah ia ikut mengabdikan dirinya dalam perjuangan menyelamatkan anjal, sama seperti gerakan yang ia canangkan, Save the Street Children.
Hardianti
Mahasiswa Fakultas Peternakan
Jurusan Produksi Ternak angkatan 2007
Redaktur : Adlina atrasina
Komentar
Posting Komentar