Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Studi Banding: Pusat Pembibitan Sapi Lokal hingga Koperasi Susu

Penerbangan bersama maskapai Lion Air Alhamdulillah berlansung dengan selamat. Perjalanan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar  ke Bandara Internasional Soekarno Hatta, hanya memerlukan waktu selama 2 jam. Sekira pukul 07.20 waktu setempat  pesawat mendarat dengan lembut. Saya beserta rombongan studi banding program Pascasarjana Universitas Hasanuddin (Unhas) jurusan Ilmu dan Teknologi Peternakan, segera mengemasi barang dan mengambil tas ransel di ruang pengambilan barang. Selanjutnya kami menunggu jemputan, beberapa menit kemudian bergegas menuju Bus Pariwisata, yang siap mengantar kami ke tempat yang telah direncanakan. Studi banding berlangsung selama dua hari, didampingi oleh Prof Dr. Ir Sudirman Baco MSc sebagai Dekan Fakultas Peternakan, Prof Dr Drh Ratmawati Malaka MSc, Prof Dr Ir Ambo Ako MSc, Prof Dr Ir Asmuddin Natsir MSc, Dr Muhammad Yusuf SPt Ph D, Serta Ir Hastang Msc. Sebanyak 23 Mahasiswa Program Pascasarjana dan ikut pula beberapa pegawai

Kemampuan Produksi Ayam Arab

Ayam Arab ( Gallus turcicu s) berasal dari ayam hutan dan merupakan salah satu ayam buras yang sudah beradaptasi di Indonesia dan mampu bereproduksi dengan kandungan pakan bernutrisi rendah. Ayam Arab lebih menguntungkan dibandingkan dengan ayam kampung, karena ayam kampung hanya mampu memproduksi telur 39- 130 butir per tahun, sedangkan ayam Arab bila dibudidayakan secara intensif setiap tahun dapat bertelur hingga 280 butir (Binawati, 2008). Ayam Arab yang dikenal di masyarakat ada dua jenis yaitu ayam Arab putih ( Silver) dan merah ( Gold ). Ayam Arab Silver mempunyai ciri-ciri warna bulu putih bertotol-totol hitam, dan di bagian kaki terdapat pigmen berwarna hitam, sedangkan ayam Arab Gold mempunyai ciri-ciri warna bulu merah keemasan dan bertotol-totol hitam di bagian sayap. Menurut Achmanu dan Muharlien (2011), ayam Arab berasal dari bangsa yang sama akan tetapi strain/galur berbeda. Bangsa adalah suatu kelompok ternak ayam yang memiliki persamaan dalam bentuk morphologis, sif

Ayam Arab sebagai Penghasil Telur, Bukan Daging

Ayam arab merupakan salah satu  ayam buras yang mempunyai produksi telur tinggi dan menjadi primadona di kalangan peternak ayam di Indonesia.  Umumnya para peternak memanfaatkan ayam arab sebagai penghasil telur, bukan sebagai penghasil daging karena kurang disukai oleh masyarakat, karena warna bulunya yang hitam dan daging yang tipis dibandingkan dengan ayam buras lainnya.  Kehadiran ayam arab mampu menarik perhatian para pakar dan praktisi ayam buras, karena secara genetik ayam arab sebenarnya bukan ternak asli Indonesia, melainkan berasal dari Negara Belgia.   Namun para peternak ayam arab sepakat untuk mengkategorikan ayam arab sebagai ayam buras (lokal).  Alasannya, warna dan bentuk telur yang dihasilkan sama seperti lazimnya ayam kampung.  Konon julukan ayam arab ini muncul karena adanya tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Sukabumi, Jawa Barat  yang membawa ayam braekels sepulangnya dari Arab Saudi.  Oleh karenanya, kota Sukabumi dinyatakan sebagai tempat awal penyebaran ayam

Pemeliharaan Ayam Arab Dimulai dari Penetasan Telur

Ayam Arab tidak memiliki sifat mengeram, dengan demikian penetasan telur dilakukan dengan cara buatan atau dengan mesin tetas. Dalam penetasan buatan alat tetas yang digunakan biasanya memanfaatkan lampu listrik atau lampu minyak tanah sebagai sumber panas. Dama menggunakan alat tetas banyak hal yang harus diperhatihan yakni mulai dari kebutuhan air, kelembapan, temperature, pemutaran telur, pendinginan, dan peneropongan telur. Memulai usaha ayam arab dengan melakukan penetasan telur sendiri bisa menjadi salah satu pilihan bagi peternak pemula. Jadi, peternak tidak perlu membeli indukan dan membuat kandang indukan sendiri, melainkan peternak cukup membeli telur tetas dari peternak yang mempunyai pembibitan kemudian menetaskannya sendiri. Cara seperti ini lebih menghemat biaya bagi peternak pemula.  Dengan cara seperti ini peternak dapat memahami lebih detil tentang cara penetasan telur, dan mempunyai waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan kandang pemeliharaan jika telurnya suda

Sistem Perkandangan dan Pembatasan Pakan di Awal Pertumbuhan Ayam Pedaging Unsexed

Pembatasan pakan di awal pertumbuhan pada ayam pedaging telah banyak diteliti untuk meminimalkan lemak abdomen dan lemak tubuh tanpa menurunkan bobot hidup dengan konversi ransum yang lebih baik (Plavnik dan Hurwitz, 1985). Pada kebanyakan penelitian, para peneliti menggunakan ayam pedaging dengan jenis kelamin yang dipisah. Padahal, hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam pedaging jantan dan betina memiliki respon yang berbeda terhadap program pembatasan pakan (Santoso et al., 1993). Santoso (2001) menemukan bahwa program pembatasan pakan memperbaiki konversi ransum dan menurunkan penimbunan lemak pada ayam pedaging unsexed.   Pembatasan makanan (restricted feeding) bertujuan agar ayam tidak cepat masak dini atau cepat. Ayam tidak gemuk atau berat badan terkontrol. Cepat bertelur, telur kecil-kecil, jumlah telur sedikit dan ayam cepat berhenti bertelur. Pembatasan makanan dilakukan mulai umur 4 sampai 20 minggu. Nutrisi pakanprotein 15-16% ME 2600-2800 Kcal/kg. dengan cara mengura

Pencernaan dan Metabolisme Lemak dalam Rumen

Lemak dalam pakan ruminansia terdapat dalam pakan hijauan meupun konsentrat. Pencernaan lemak dalam rumen mengalami 2 proses penting, yaitu: -            Lipolisis Lemak atau trigliserida dihidrolisis oleh bakteri rumen menghasilkan gliserol dan asam lemak serta galaktosa. Gliserol dan galaktosa selanjutnya diubah menjadi VFA khususnya propionat. -           Biohidrogenase Asam lemak tidak jenuh oleat (18:1), linoleat (18:2), dan linoleat (18:3) mengalami penjenuhan dengan penambahan H+ (hidrogenasi) dengan hasil akhir asam stearat (18:0). Pada ternak ruminansia, lemak dihidrolisa menjadi asam lemak bebas dan gliserol oleh mikro organisme rumen sedangkan lesitin dihidrolisa menjadi lisolesitin dan asam lemak bebas. Kemudian asam lemak bebas, lesitin, dan lisolesitin bergabung membentuk misel. Di dalam epitelium usus halus, misel terurai kembali menjadi komponen-komponen pembentuknya. Asam lemak bebas akan menjadi fatty acyl ko-A yang selanjutnya menjadi trigliserida melalui ja

Pencernaan dan Metabolisme Protein dalam Rumen

Protein pakan di dalam rumen akan mengalami hidrolisis menjadi asam amino dan oligopeptida. Selanjutnya asam amino mengalami katabolisme lebih lanjut dan menghasilkan amonia, VFA, dan CO2. Pada dasarnya, sebagian protein yang masuk ke dalam rumen akan mengalami degradasi oleh enzim proteolitik yang diproduksi oleh mikroorganisme rumen, enzim protease bakteri rumen selalu melengket pada sel, namun berada pada bagian permukaan sel, sehingga menyebabkan terjadi kontak langsung dengan substrat. Proses proteolitik dan deaminasi asam amino menghasilkan amonia dan tidak ada kontrol metabolik. Sehingga degradasi protein dan deaminasi terhadap asam amino akan terus berlangsung, kendatipun telah terjadi akumulasi amonia yang cukup tinggi di dalam rumen (Steel, G.G.D. and Torrie, J.H. 1981). Produksi fermentasi berupa VFA dan NH3 erat kaitannya dengan sintesis protein mikroba rumen yang kemudian akan tersalurkan ke pasca rumen dan menjadi sumber asam amino bagi ternak induk semangnya dan sek

Metabolisme Glukosa dalam Ruminansia

Glukosa dicerna / difermentasi di retikulorumen. Glukoneogenesis di hati (terutama) dan di ginjal sangat sedikit terjadi. Glukosa pada ruminan adalah  40-60 % berasal dari propionat, 20 % berasal dari protein (asam amino yang diserap melalui saluran pencernaan) dan sisanya 20 % berasal dari VFA rantai cabang, asam laktat dan gliserol (Riis, P.M. (eds). 1983). Metabolisme Glukosa pada rumen berfungsi untuk sumber utama energi di jaringan syaraf terutama di otak dan sel-sel darah merah, untuk metabolisme otot dan produksi glikogen (persediaan energi di otot dan di hati). Pada ternak laktasi glukosa digunakan untuk prekursor utama dari pembentukan laktosa dan gliserol (komponen lemak susu) dan untuk suplai nutrisi pada janin. Kebutuhan glukosa akan meningkat pada akhir kebuntingan (Riis, P.M. (eds). 1983).

Pencernaan Karbohidrat di Dalam Usus Ruminansia

Karbohidrat tercerna ( pati, selulosa dan hemi selulosa) dan polisakarida selluler dari mikroba yang lolos dari fermentasi rumen, akan masuk ke dalam usus sebagai digesta, jumlahnya 10-20 % dari karbohidrat yang dicerna. Jumlah selulosa atau pati yang tahan dari degradasi rumen, dipengaruhi oleh pakan itu sendiri atau prosesing. Misalnya pati dari jagung giling dapat dicerna 20 % nya di usus halus oleh enzim yang sama dengan monogastrik.Pencernaan pati di usus halus akan menghasilkan energi yang dapat digunakan oleh induk semang lebih efisien daripada didegradasi oleh mikroba rumen, dimana akan hilang sebagai CH4 atau panas.   Selulosa, hemiselulosa dan pati yang lolos dari usus halus difermentasi jugadi dalam cecum menjadi VFA, CO2 dan CH4 dengan jalur yang sama dengan di dalam rumen. VFA yang terbentuk di cecum ini (ruminan atau kuda) di serap masuk ke dalam sirkulasi darahdan digunakan di jaringan, seperti yang terjadi di dalam rumen (Riis, P.M. (eds). 1983). Proses pencernaan ka

Metabolisme VPA dalam Jaringan Tubuh Ternak

 Volatil Fatty Acid ( VFA ) yang diserap dari retikulorumen melalui jaringan, akan mengalami oksidasi dan perombakan menjadi energi ternak melalui biosintesa lemak atau glukosa. Jumlah setiap VFA yang digunakan tersebut berbeda-beda menurut jenisnya. 50 persen asam asetat dioksidasi di jaringan  tubuh sapi perah sedangkan 2/3 asam butirat dan asam propionat akan mengalami oksidasi. Metabolisme asam propionat dan butirat terjadi di hati, 6 persen asam  asetat dimetabolisasikan di jaringan perifer (otot dan adiposa) dan hanya 20 % yang di metabolis di hati. Pada ternak laktasi asam asetat, digunakan untuk sintesis lemak air susu diambing (Suwandyastuti, S.N.O. dan Rimbawanto, E.A., 2011). Proses Oxidasi VFA dan Penghasilan ATP Ada 2 jalur oksidasi  yang dilalui oleh asam propiona yaitu : 1.      Oksidasi setelah propionat dikonversi menjadi glukosa melalui Jalur          Glukonegenesis. Disini di hasilkan 17 mol ATP/ mol asam propionat 2.      Oksidasi langsung asam propionat di

Penyerapan Asam Lemak Terbang pada Ternak Ruminansia

Penyerapan VFA sangat dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi VFA dalam cairan rumen dengan konsentrasi VFA yang terdapat di dalam sel-sel epitel atau darah. Laju penyerapan VFA pada rumen meningkat sejalan dengan penurunan pH cairan rumen dan Panjang pendeknya rantai aton C dari VFA.  Asam Lemak Terbang atau VFA yang dihasilkan didalam rumen dan merupakan sumber energi bagi ternak ruminansia, akan diserap sebagian besar dalam retikulum (75 %) kemudian masuk kedalam darah.  Sebagian lagi akan diserap oleh abomasum dan omasum (20 % ) dan usus halus ( 5 % ).  Semakin panjang rantai aton C nya maka semakin cepat laju absorbsinya, sehingga urutan absorbsinya adalah asam butirat, asam propionat dan asam asetat (Preston, T.R. 1995).    Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi VFA didalam Rumen antara lain adalah makanan serat (sumber hijauan) yang tinggi dalam ransum akan memproduksi lebih banyak asam asetat dari pada asam propionat sehingga lebih sesuai untuk ternak sapi perah guna mengh

Peran Pemanfaatan Produk Fermentasi Karbohidrat

Proses fermentasi karbohidrat dalam rumen menghasilkan energi dalam bentuk VFA mencapai 80 persen  dan 20 persen  merupakan energi yang terbuang dalam bentuk produksi gas C02, CH4 dan energi dalam bentuk ATP. Energi dalam bentuk ATP hanya 6.2 persen dari total energi yang hilang . Hanya energi dalam bentuk ATP inilah yang digunakan oleh mikroba rumen untuk pertumbuhannya, sedangkan VFA merupakan by produk atau hasil sampingan dari aktivitas mikroba rumen. Gas hasil fermentasi berupa CO2, H2 (hidrogen) dan CH4 ( Methan ) dikeluarkan dari rumen melalui proses eruktasi. Stoikiometri reaksi fermentasi pakan karbohidrat dalam  rumen menghasilkan tiga produk utama dapat disederhanakan menjadi: C6H1206 + 2H20 -------2CH3COOH + 2C02 + 4H2,  C6H1206 + 4H2  --------2CH3CH2COOH+ 4H20, C6H1206 ------CH3(CH2)2COOH + 2C02 + 2H2,  4H2 + C02 ----------- CH4+ 2H2O. Dari Stoikiometri reaksi tersebut diatas dapat dilihat bahwa proses sintesis asam asetat dan asam butirat menghasilkan gas hidrogen. S

Pencernaan dan Metabolisme Karbohidrat Pada Ternak Ruminansia

Pada ternak Ruminansia, dalam memproses makanan memiliki  dua fase. fase Pertama saat makanan tersebut masuk ke mulut. Makanan tersebut tidak dikunyah hingga halus, namun terus ditelan. fase kedua dalam selang beberapa waktu makanan tersebut dikeluarkan kembali ke mulut untuk dikunyah sampai halus. Ruminansia mempunyai mikroorganisme di dalam reticulum yang mensekresikan enzim-enzim sehingga dapat mencerna makanan yang masuk ( Gill, J.L., 1978) . Karbohidrat merupakan komponen utama dalam ransum ternak ruminansia. Jumlahnya mencapai 60 -75 persen dari total bahan kering ransum. Dalam makanan kasar, sebagian besar karbohidrat terdapat dalam bentuk selulosa dan hemiselulosa, sedangkan dalam konsentrat umumnya karbohidrat terdapat dalam bentuk pati. Karbohidrat merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan mikroba rumen dan ternak induk semang. Perombakan karbohidrat struktural (selulosa dan hemiselulosa) oleh bakteri sebagian besar menghasilkan asam asetat. Bakteri pendegradasi ka

Pemberian Pakan Berkualitas (Jerami Padi) Untuk Produksi Ternak Ruminansia

Protein, karbohidrat dan lemak berakumulasi pada jaringan-jaringan dengan laju yang sama dengan perbedaan antara laju sintesis dan katabolismenya. Laju akumulasi vitamin dan mineral mempunyai nilai yang penting yang menentukan kualitas dari produk-produk ternak, akan tetapi memberikan pengaruh yang terbatas terhadap kuantitas produk. Neraca vitamin dan mineral mempengaruhi jumlah produk secara tidak langsung, karena metabolisme protein, karbohidrat dan lemak banyak bergantung pada kehadirannya ( Gill, J.L., 1978) . Volatile Fatty Acid (VFA) atau asam lemak volatile (asam asetat, propionat dan butirat) merupakan karbohidrat dan protein menjadi asam-asam organic yang sederhana. Mikroba ini memeliki kemampuan untuk fermentasi komponen pakan. Karbohidrat dalam material hijauan difermentasi menjadi VFA dalam rumen, menjadi komponen yang larut seperti protein. Dalam usus halus, proses pencernaan sisa-sisa mikroba yang mati merupakan sumber dari sebagian protein yang dibutuhkan induk seman

Tahapan Proses Pencernaan pada Ternak Ruminansia

Pencernaan pada ternak ruminansia merupakan proses interaksi dinamis antar pakan, populasi mikroba dan ternak itu sendiri. Pencernaan adalah serangkaian proses yang terjadi di dalam alat pencernaan (tractus digestivus) ternak sampai memungkinkan terjadinya penyerapan. Proses pencernaan merupakan suatu perubahan fisik dan kimia yang dialami oleh bahan makanan dalam alat pencernaan (Gill, J.L., 1978). Makanan yang masuk dalam mulut ternak ruminansia akan mengalami proses pengunyahan/pemotongan secara mekanis sehingga membentuk bolus. Dalam proses ini makanan akan bercampur dengan saliva, lalu masuk ke dalam rumen melalui oesofagus untuk selanjutnya mengalami proses pencernaan fermentatif. Di dalam rumen bolus-bolus tadi akan dicerna oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Selama dalam rumen makanan yang kasar akan dipecah lagi dimulut (ruminasi), kemudian masuk lagi melalui reticulum, omasum dan abomasum. Hasil fermentasi di rumen tadi tadi diserap oleh usus halus(proses pence

Metabolisme Energi

Pemeliharaan ternak sangat berpengaruh terhadap lingkungannya dan sangat penting. Untuk penyusunan dalam ransum kita harus terus menemukan cara baru. Untuk pembuatan dengan menggunakan variable input sangat dan lebih efisien. Seperti melihat dari populasi ternak dan bagaimana pembuatan bahan kimia dalam menentukan porsinya. Tak lupa juga kita banyak mengunakan hal yang tidak biasa seperti, bagaimana pemanfaatan lahan liar dan lahan yang sudah disiapkan dalam lingkup luas. Lingkungan juga sangat berpengaruh. Pemanfaatan lingkungan bagi hewan, dan bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut untuk keuntungan perekonomian kita. Zat yang digunakan dalam metabolism suatu organisme disebut juga nutrisi. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Nutrisi yang dimaksud adalah serangkaian proses dimana hewan mengambil dan mengasimilasikan nutrisi untuk meningkatkan pemeliharaan, pertumbuhan, reproduksi, susu melalui pencernaan makanan. Semua hewan, pencernaannya tidak sama yang