Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2013

Hari Pernikahan adalah Momen Terindah

Happy wedding buat teman-temanku yang telah menunaikan sunnah Rasul. Hal yang paling berbahagia yang kalian rasakan saat berdiri di pelaminan. Semua keluarga, sahabat, kenalan, tetangga dan termasuk saya datang menghampiri dengan menjabat tangan. Ucapan selamat buat sahabatku, selamat menempuh hidup baru, semoga menjadi keluaraga sakinah mawaddah warahma. Aminnn… Setelah mendapat kabar dari kalian,wahai sahabatku. Hatiku sangat bahagia. Aneh ya, kenapa harus demikian. Itu berarti kalian telah membagi kebahagiaan dengan kami ini sahabatmu. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Dulu, entah itu masa sekolah dasar, sekolah tingkat pertama, sekolah menengah atas, atau bahkan di saat kuliah. Canda dan tawa kita lalui bersama bahkan kadang kala ada pertengkaran diantara kita. Kerja tugas bersama, makan bersama, semua itu kita lakukan tanpa disadari.  Sekali lagi selamat buat kalian. Setelah tamat dari kuliah banyak pertanyaan yang hinggap ditelingaku. Pertanyaan di chat facebook,

Kisah di Kampung London

Kampung London adalah istilah yang saya berikan kepada tempat kursus pertamaku, kebetulan waktu saya menjadi peserta bertempat di Sudiang dekat gedung olahraga. Berawal dari kisahku yang baru-baru mendapat gelar sarjana di Unhas, saya berinisiatif kursus bahasa inggris untuk memperdalam bahasa inggrisku. Berkat rekomendasi dari saudara perempuanku, akhirnya saya mendapatkan tempat kursus yang lumayan menarik dan murah. London Village Meeting Club Makassar, begitulah nama yang diberikan oleh pemiliknya. Kesan pertama di tempat kursus sangat bagus, pesertanya berdatangan dari berbagai kalangan.  Ada dari anak sekolah tingkat dasar, sekolah menengah pertama dan tingkat atas.  Tingkat Universitas Swasta dan Unuversitas Negeripun ikut  berpartisipasi didalamnya. Rata-rata instruktur di London Village course adalah mahasiswa dari Universitas Muslim Indonesia dan alumni dari UMI, ada juga dari UNISMUH sedangkan pemiliknya adalah dosen sastra inggris di UMI juga pernah menjabat seba

Oktober, Tawuran Lagi di Kampus Merah Tercinta

Tawuran di Makassar kalangan intelek (Mahasiswa, Red) sudah tidak   asing lagi terdengar di telingaku. Ketika masih duduk dibangku sekolah, banyak pemberitaan di media televisi yang menayangkan hal tersebut. Bahkan saya menyaksikan sendiri ketika masih mahasiswa. Pertama kali saya menyaksikan dengan mata telanjang pada saat semester satu di kampus Universitas Hasanuddin (Unhas). Masih teringat ketika saya mau berkunjung di perpustakaan Pusat Unhas, tepatnya pertengahan tahun 2007. Pada waktu itu saya tidak menyadari ternyata akan ada bentrok. Tetapi saya dengan teman-teman dengan santainya melewati para kerumunan tersebut. Al hasil sesampainya di dalam perpustakaan pusat, para intelek tersebut saling melempar batu dari kubu satu dengan kubu yang lainnya. Dengan senang hati kami menghentikan aktifitas belajar di perpustakaan tersebut, kemudian melanjutkan untuk menonton aksi mereka. Pikirku, ini hanya seru-seruan mahasiswa saja. Banyak hal yang memicu tawuran tersebut, dan me

Mampukah Majikan Memberi Upah Layak bagi PRT ?

Baru-baru ini tersebar di media,bahwa ada Pekerja Rumah Tangga (PRT) mencuri uang majikannya, kejadian ini saya dengar pemberitaan di media televise. Bahkan media online dan cetak memuat hal tersebut. Kabarnya seorang PRT membawa lari uang sebesar 2,8 miliar  di rumah majikannya. Pencurian ini terjadi pada Selasa (17/9) sore di rumah majikannya di Kompleks Wisma Raya Blok Tanjung Priok, Jakarta Utara.  Ancaman 7 tahun pencara dengan dijerat pasal 363 ayat 1 KUHP yang mengatur pencurian dengan pemberatan.             Menurut pengakuannya yang saya saksikan di media TV, PRT tersebut ingin membayarkan utang keluarganya di kampung. Lagi-lagi tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Berbagai macam cara bisa dilakukan untuk medapatkan uang, demi keluar dari sona kemiskinan.             Wajar-wajar saja mereka berbuat dan senekat itu, gaji cuman  Rp 300.000/bulan. Tidak perlu lagi dipertanyakan kenapa kebanyakan PRT di Indonesia seperti itu? Toh gajinya tidak mencukupi un